Assalamu'alaikum | Members area : Register | Sign in
About me | SiteMap | Arsip | Terms of Use | Dcma Disclaimer

Alamat :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim. [HR. Ibnu Majah, No: 224]

Pondok Pesantren As Sunnah Batu
Dusun Jeding, Junrejo, Kec. Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur 65321
Map : https://goo.gl/maps/8DLBKCUjpWayDCpJ8

MAHAD AS SUNNAH
Jl. Ikan Hiu II, Purwodadi, Kec. Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur 65142
Map : https://goo.gl/maps/Dip7gM2VoAZ7DtXz6

Mahad As Sunnah Lil Banat (Putri)
Jl. Achmad Yani Gg. II, Blimbing, Kec. Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur 65126
Map : https://goo.gl/maps/Gxa7Er7Pj6GyNFHW6


Situs Ulama

Situs Ulama

Site Map - Daftar Isi Blog

Majalah Asy Syariah

Majalah Qudwah

Pengunjung

861

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Bidadari Surga dan Sifat-Sifat Kecantikannya



فصل

فيما أعد الله تعالى في الجنة لأوليائه المتمسكين بالكتاب والسنة


Segala Yang Allah Janjikan Di Surga Bagi Para Wali-Nya Yang Berpegang Teguh Dengan al Qur'an dan as Sunnah

al Imam Syamsudin Ibnul Qoyyim رحمه الله dalam al Kaafiyah as Syaafiyah fil Intishor lil Firqotin Naajiyah menyebutkan dalam beberapa baitnya yaitu agar seorang ahlus sunnah atau muslim selalu istiqomah dalam agamanya dan tidak terperdaya mengikuti mereka yang melanggar dan menyalahi sunnah serta para ulama salaf juga agar tidak tertipu hanya karena banyaknya pengikut terhadap suatu ajaran tertentu, karena tolak ukur kebenaran adalah yang sesuai dengan al Qur'an dan as Sunnah.

Bait-bait sya'ir yang dirangkai oleh Imam Ibnul Qoyyim al Jauziyyah رحمه الله menyebutkan tentang sifat-sifat bidadari surga. Bait-bait ini diambil dari kitab Imam Ibnul Qoyyim al Jauziyyah yang berjudul al Kaafiyah al Syaafiyyah fil Intishor lil Firqotin Naajiyah yang dikenal juga dengan Nuuniyah Imam Ibnul Qoyyim al Jauziyyah karena bait-bait sya'ir tersebut diakhiri dengan huruf nuun.

Di dalam baitnya al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله menyebutkan tentang jannah (surga) dan berbagai kenikmatan yang ada di dalamnya serta cara termudah untuk mendapatkan semua itu.

Beliau menyebutkan ...


يا خاطب الحور الحسان وطالبا*** لوصالهن بجنة الحيوان


wahai kamu yang ingin melamar huurul hisan (para bidadari) yang cantik dan kamu ingin menyambung hubungan serta mendapatkan mereka di surga (kehidupan yang hakiki)

Firman Allah dalam al Ankabut : 64


وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

"Dan kehidupan dunia ini hanyalah senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui."


Kehidupan sebenarnya  adalah kehidupan sempurna yang tanpa cacat ataupun kekurangan padanya.

Kalau itu yang kamu inginkan dan mendapatkan bidadari cantik yang ada di dalamnya .

لو كنت تدري من خطبت ومن طلبـ***ـت بذلت ما تحوي من الأثمان


Kalau saja kamu tahu siapa yang kamu lamar/inginkan untuk kamu peroleh pastinya kamu akan membelanjakan dan mengeluarkan segala yang kamu miliki untuk mendapatkannya. Dan itupun masih kecil dibandingkan kenikmatan surga itu sendiri

Di dunia saja, kalau seseorang menginginkan fulanah untuk dinikahinya, maka demi mendapatkan fulanah tersebut walaupun seandainya keluarganya menuntut untuk maharnya 100 juta, 200 juta maka dia akan banting tulang bagaimana mendapatkan mahar tersebut (tentunya tidak ada nilainya 200 juta demi mendapatkan orang yang dia inginkan).

Adapun ahlul jannah, maka segala yang paling berharga semuanya akan dikeluarkan berapapun biayanya demi mendapatkan bidadari surga (dan itupun masih terlalu kecil) 

أو كنت تدري أين مسكنها جعلـ***ـت السعي منك لها على الأجفان

atau jika kamu tahu, dimana mereka berada (para bidadari dan tempat tinggalnya di surga) maka kamu akan berjalan untuk sampai dan berjumpa dengan mereka serta mendapatkan mereka walaupun itu dengan kepala, artinya kalau itu yang kamu dambakan jangankan kaki untuk berjalan supaya sampai kepada mereka bahkan jika berjalannya dengan kepalapun niscaya akan kamu lakukan dan kamu tidak akan perduli walaupun kakimu diatas. 

Maka ketika kaki sudah tidak mampu untuk berjalan lagi karena capek dan terlalu jauh jaraknya, bahkan seandainya kepala bisa digunakan untuk berjalan niscaya akan kamu gunakan kepala untuk berjalan yang penting bisa sampai dan betul-betul  mendapati mereka. Semua ini tentunya karena hirs (semangat), kebesaran dan kemuliaan yang ada pada mereka. 

Disebutkan oleh beliau pula dalam hal ini (setelah beliau di bait-bait sebelumnya menjelaskan akidah firqatun najiyah yang tentunya banyak menyalahi firqoh-firqah sesat/kelompok sempalan sesat yang menyalahi sunnah, beratnya istiqamah karena kamu akan menghadapi permusuhan, dibenci, dicela, dimusuhi oleh banyak pihak. Bahkan kalau sampai kepalapun untuk jalan, niscaya akan kamu jalani karena balasan dari semua itu begitu besar di dalam surga Allah subhanahu wa ta'ala) :

ولقد وصفت طريق مسكنها فان*** رمت الوصال فلا تكن بالواني

Dan aku telah jelaskan kepadamu jalan untuk kamu bisa sampai ke rumah mereka di surga, yaitu dengan mempelajari dan mengamalkan sunnah, akidah salafush shaleh serta manhaj mereka. 

Jangan kamu mau meninggalkan semua itu sedikitpun karena godaan-godaan duniawi. Dan jika kamu benar ingin berjumpa dan bertemu mereka maka janganlah kamu malas/tenang-tenang saja. (urusan dunia saja tidak mungkin, kamu tahu sesuatu itu keuntungannya besar, mana ada orang tenang-tenang saja) atau yang lebih spesifik adalah tentang pernikahan, jika dia ingin menikahi fulanah. Maka tidak akan dia tenang, yang ada dia tidak akan bisa tidur, menunggu sehari bagi dia (untuk mencapai hari aqadnya itu) seakan 1 tahun sehingga menjadikan dirinya gusar karena ingin segera menikahinya. Sehingga jangan bermalas-malasan untuk beramal shaleh dalam ibadahmu kepada Allah.

أسرع وحدث السير جهدك انما*** مسراك هذا ساعة لزمان

Percepat dan bersegeralah dalam perjalananmu, sekuat tenagamu supaya bisa cepat sampai ke tujuan, karena perjalananmu sesungguhnya tidak lama (beberapa waktu saja dari usiamu). Hal itu karena jika kamu ingat dan sadar cantiknya perempuan yang akan kamu lamar tentu kamu ingin segera cepat-cepat sampai ke mertuamu dan ingin agar acara segera dilaksanakan. Bagimu, waktu kamu percepat semaksimal mungkin.

فاعشق وحدّث بالوصال النفس وابـ***ـذل مهرها ما دمت ذا امكان

Maka gantungkanlah hati kepada bidadari surga tersebut (selalu membayangkannya dan ada di pikiranmu, ada cinta dan kerinduan yang sangat kepada mereka, mengingat selalu untuk berhubungan dengan mereka jika kamu mendapati mereka dan itu merupakan kenikmatan yang sangat besar sekali/berbahagia sekali).

Pengantin saja, jika membayangkan wanita yang akan dinikahinya sudah halal baginya, maka akan tergambar berbagai hal di pikirannya yang isinya adalah kebahagiaan/kenikmatan sehingga berbunga-bunga sekali dirinya. 

Tentunya bagi mereka yang di surga lebih dari itu.

Dan berikan mahar mereka selama kamu punya kemampuan mahar yang diminta darimu sebesar apapun akan kamu berikan demi mendapatkan mereka.

واجعل صيامك قبل لقياها ويو***م الوصل يوم الفطر من رمضان

Dan jadikan puasamu sebagai mahar untuk mendapatkan mereka demikian pula puasa ramadhan. Artinya, ada 2 puasa yang dimaksud Ibnul Qayyim disini, yaitu : 

Yang pertama, puasa bermakna imsak dari terbitnya matahari hingga terbenamnya dari makan, minum dan jima'. 

Yang ke dua puasa dari yang haram yaitu menahan diri dari yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya. Mulai balig hingga mati (ajal menjemput). 

Maka jadikanlah, apa yang tersebutkan dalam nash-nash tentang mereka itu yang selalu kamu ingat dan membimbing kamu.

واجعل نعوت جمالها الحادي وسر*** تلقي المخاوف وهي ذات أمان

Jadikan sifat-sifat kecantikan mereka itu yang membimbing kamu dalam ibadah/amal shaleh. Dan istiqamahlah dalam perkara tersebut. Dengan itu kamu dapati, yang semula itu menakutkan/banyak ancaman, maka dengan ketaatan dan istiqamah maka semua aman bagimu. Artinya kamu selamat di dunia dari malapetaka/murka/azab Allah dan di akhiratpun kamu akan selamat  dari murka dan azab-Nya

لا يلهينك منزل لعبت به*** أيدي البلا من سالف الأزمان

Jangan sampai kamu tersibukkan dari perjalananmu menuju jannah (surga) sampai kamu terlupakan dari tujuanmu untuk berjumpa dengan mereka (bidadari surga) hanya karena yang kamu dapati di dunia ini. 

Di dunia ada kendala, cobaan, yang mengganjal perjalananmu untuk ke surga, karena isi dari dunia tidak luput dari kesedihan, kekesalan hati, sumpek, gundah gulana, sehingga terasa sempit dada seorang mukmin ketika mendapati semua itu. 

فاقد ترحل عنه كل مسرة*** وتبدلت بالهم والأحزان

Di dunia begitu cepat hilangnya (kesenangan) sebagai gantinya adalah kesedihan dan berbagai perkara yang akan menekan kejiwaanmu dan menyiksa pikiranmu. 

سجن يضيق بصاحب الايمان لـ***ـكن جنّة الماوى لذي الكفران

Dunia itu ibarat penjara bagi orang beriman karena serba terbatasi segala sesuatunya (haram, makruh dan lain-lain), tetapi dunia itu surga bagi orang yang kufur kepada Allah.

سكانها أهل الجهالة والبطا***لة والسفاهة أنجس السكان

Penduduknya itu mayoritasnya orang-orang jahil, pemalas untuk akhiratnya dan orang-orang yang dungu dan mereka adalah penduduk yang paling najis (dibandingkan penduduk akherat)

وألذهم عيشا فأجلهم بحق الله ثم حقائق القرآن

Kalaupun ada dari penduduk dunia yang paling tinggi/kaya/bahagia (dalam dunia) maka dia adalah orang yang paling jahil tentang hak-hak Allah, demikian pula tentang hak-hak al Qur'an al Karim (apa yang dituntut dari al Qur'an/orang yang jahil dari ilmu).
Itu orang yang paling makmur di dunianya, ternyata semakin jahil tentang hak-hak Allah yang harus dia tunaikan, apalagi tentang hak al Qur'an al Karim

عمرت بهم هذي الديار وأقفرت*** منخم ربوع العلم والايمان

Demikian kampung dunia diramaikan oleh orang-orang seperti ini (jauh dari ilmu dan amal shaleh).

قد آثروا الدنيا ولذة عيشها الـ***ـفاني على الجنات والرضوان

Mereka telah memprioritaskan dunia dan kenikmatan hidup di dalamnya (yang semua itu adalah fana) dibandingkan surga dan keridhaan Allah di akhirat kelak.

صحبوا الأماني وابتلوا بحظوظهم*** ورضوا بكل مذلة وهوان

Mereka tersibukkan dengan angan-angan yang tiada henti, demikian pula mereka ini sibuk untuk mendapati apa yang mereka inginkan dari syahwat dunia (harta dunia dan lain sebagainya)

كدحا وكدا لا يفتر عنهم*** ما فيه من غم ومن أحزان

Ahlu dunia siap banting tulang dan peras keringat demi dunia nya walaupun resiko bagi dia adalah kesedihan/kegelisahan dan lain sebagainya.

والله لو   شاهدت هاتيك الصدو***ر رأيتها كمراجل النيران

Kalau saja kamu saksikan dada mereka ini itu seperti panci yang sedang dipanaskan diatas api (air yang direbus dimasak dalam kuali/panci maka dia akan mendidih) artinya mereka dalam kehidupan dunia tidak merasa nyaman/tenang/bahagia yang hakiki.

ووقودها الشهوات والحسرات والآ***لام لا تخبو مدى الأزمان

Dan apinya yang memanaskan adalah syahwatnya, belum lagi penyakit-penyakit yang dia derita dan itu tidak akan terputus sepanjang hidupnya. (Tidak akan manusia dalam kondisi baik selalu). Atau selama hidupnya tidak pernah merasa sedih, dan lain sebagainya.

أبدانهم أجداث هاتيك النفو***س اللائي قد قبرت مع الأبدان

Jasad-jasad mereka yang ada dalam diri mereka seakan-akan jasad yang ada dalam kubur. Dia bernafas, tapi seakan orang-orang yang sedang dikubur

أرواحهم في وحشة وجسومهم*** في كدحها لا في رضا الرحمن

Arwah-arwah mereka dalam keadaan liar dalam jasadnya, sementara jasadnya digunakan untuk memperoleh segala yang diinginkan oleh arwahnya, bukan dalam rangka mencari keridhaan Allah.

هربوا من الرق الذي خلقوا له*** فبلو ربق النفس والشيطان

Begitulah mereka lari dari penghambaan (yang mereka diciptakan), maka karena itulah mereka  tersiksa dengan penghambaan kepada syahwat dan setan.

لا ترض ما اختاروه هم لنوفسهم*** فقد ارتضوا بالذل والحرمان

Maka jangan ridha untuk dirimu seperti apa yang akan kamu peroleh serta diharamkan dari kebahagiaan hakiki di dalam surga


لو سارت الدنيا جناح بعوضة*** لم يسق منها الرب ذو الكفران

Kalau dunia ini di sisi Allah sama beratnya dengan satu sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberikan 1 tetes air pun kepada orang-orang kafir

لكنها والله أحقر عنده*** من ذا الجناح القاصر الطيران

Dan dunia bagi Allah lebih hina dari sayap nyamuk (menunjukkan murahnya dunia).


.....

Tapi yang lain membantah ijtihad Abu Hurairah ini bahwa betis bukan tempat perhiasan pada manusia.

Tempat perhiasan itu di mata kaki demikian pula pergelangan tangan sampai siku pada tangan dan sampai di mata kaki pada kaki dan itu yang Allah sebutkan dalam Qur'an maka jangan sampai kamu meninggalkan nash Qur'an.

Dan baca olehmu jika kamu menginginkan surga dengan menjaga batasan-batasan Allah dan jangan pula kamu kurang-kurangi.

Dan penafsirannya ada pada sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Lihatlah disitu ada penjelasan yang sangat terang bagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam beribadah terkait wudhu ini 

Dan adapun riwayat hadits yang ingin memanjangkan gurahnya ini mauquf dari pernyataan perawi dan bukan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Dan di dalam riwayat Syaibani , Nu'aim (perawinya) syaq ketika memarfukan hadits tersebut sampai ke Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan memanjangkan gurah itu tidak mungkin terkait wajah, darimana dipanjangkan, misal kaki bisa dipanjangkan sampai ke betis. Jadi masalah memanjangkan adalah ijtihad dari Abu Hurairah sendiri, bukan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Bait-bait ini disebutkan oleh Ibnul Qayyim sekilas terkait manasik, dan ini adalah sastra dari Ibnul Qayyim. 

Yang tidak paham dikira ini adalah cara manasik, yang thowaf di ka'bah dalam keadaan sesak, mendekat ke hajar aswad,  demikian pula dia shofa marwah, demikian pula tempat dekat arafah, dia lari kesana kemari, sekali mendekat ke mina tapi terhalang dan ketakutan, dia tidak bisa sampai masuk ke wilayah mina. Dan kamu lihat dia selalu dalam pakaian ihramnya. Padahal dia ingin tamathu' atau qiran (menggabungkan 2 niat antara umrah dan haji), lempar jumrah. Sementara orang sudah selesai manasiknya, dan sebagian sudah sampai ke rumahnya masing-masing.

Penjelasan Ibnul Qayyim rahimahullah ini sebenarnya yang beliau inginkan adalah gambaran tentang orang yang kalbunya tergantung dengan keindahan dan kecantikan paras/tubuh wanita sehingga itu yang membuat dia isyq (tergila-gila pada wanita yang dia senangi) sementara perempuan yang seperti itu (dia ingin dekat dan mendapatinya, ingin memperoleh dan menikahinya karena sangat cantik dan segala-galanya bagi dia, terbudakkan dan terkuasai jiwanya oleh kecantikan perempuan ini) terhalang untuk mendapatkan perempuan ini apakah karena takut atau karena dihalangi oleh keluarganya (tidak setuju, dan lain sebagainya) sehingga tidak mendapatkan wanita ini. 

Dia dalam keadaan tertekan dan stress, hanya berangan-angan, terus membayangkan  bagaimana seandainya dia bisa dekat dan mendapatkan perempuan ini. 

Terazab ahlu dunia karena hanya mendapatkan gambaran kecantikan wanita.

Kelompok kedua adalah orang yang menyingsingkan lengan bajunya (semangat), serius beramal shaleh, menjalankan manasiknya, bukan hanya terhalang tapi dia betul-betul dengan benar sampai selesai manasiknya, pulang ke rumahnya mejadi haji mabrur. Artinya ini adalah orang yang selama hidup memakmurkan usianya dengan ibadah/ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta'ala merekalah yang pantas mendapatkan kenikmatan di surga dengan segala keindahan dan bidadari cantik yang ada di dalamnya. 

Mereka yang menginginkan akhirat benar-benar tidak ingin terlewat waktu mereka kecuali mereka gunakan semua itu untuk ibadah dan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta'ala. 

Dari kejauhan mereka melihat (setelah hajinya selesai) tenda-tenda yang terpasang terang bercahaya. Mereka tuju tenda-tenda itu, maka disitu mereka mendapatkan ketenangan karena tiba ditujuan yang mereka inginkan. 

Didalam tenda ada bulan-bulan purnama yang sempurna dan tidak ada cacat padanya. 

Bulan-bulan purnama itu beliau sebutkan adalah para wanita jelita yang pandangan matanya terbatas hanya pada suaminya (si mukmin pasangannya) dan tidak akan menengok/melirik kepada selain suaminya. 

Disini Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan "qashiratut-tharfi" dari 2 sisi :
Yang pertama, bisa dari bidadarinya
Yang kedua, bisa dari mukminin di surga yang mendapatkan kenikmatan para bidadari.

Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan terkait ayat di dalam surat Ar Rahman :


فِيهِنَّ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ

"Di dalam kamar-kamar surga yang pandangan mereka terbatas"


Begitu pula di Ar Rahman ayat 72 :


حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ

"Para bidadari yang terbatasi pandangannya"

Dari situ ulama sebutkan, ada 2 penafsiran :


1. Para bidadari ini yang pandangannya terbatas, tidak akan mereka melihat kepada lelaki lain selain suaminya dan bagi mereka tidak ada yang lebih tampan/baik/indah/menyenangkan selain dari para suaminya.

2. Dia (para suami) terbatasi pandangannya hanya kepada para isteri-isteri mereka dari para bidadari (karena sangat cantik/indah), maka para mukmin pun tidak akan melirik/melihat kepada yang lainnya. Bagi dia tidak ada yang lebih indah/cantik dari pasangan dia yang Allah berikan padanya.

Demikian Al Qur'an menyebutkan.

Dan Ibnul Qayyim rahimahullah sendiri merajihkan yang pertama. 

Beliau mengingatkan kepada orang yang melepas pandangannya (setelah beliau jelaskan tadi sifat kebaikan dan kesetiaan wanita ahlul jannah, bahkan keinginan pun tidak untuk melihat kepada selain pasangannya) lalu beliau mengingatkan ahlu dunia (orang mukmin ahlu dunia) : "Wahai kamu yang melepaskan pandanganmu, kamu tersiksa di dunia, padahal yang kamu pandangi terlepas dari keindahan dan kebaikan (perempuan yang mungkin saja menyita pandanganmu, jauh dari kesempurnaan dan keindahan, apalagi ihsan berbuat baik menyenangkan hatimu, jauh itu darinya). Maka jangan sampai kamu tertipu/terperdaya oleh paras wajahnya yang kamu anggap cantik padahal di belakang itu penyakit, yang kalau kamu turuti maka akan mendatangkan kerugian besar bagimu. Kamu hanya melihat zhahirnya saja cantik dan indah, sementara  kamu tidak tahu isi dibelakang wajahnya ini apa? akhlaq dan muamalahnya bagaimana? seandainya kamu beristeri dia, kamu tidak tahu seperti apa dia. 

Kalau dia tunduk, berkhidmat dan menyenangkanmu atau bahkan bisa jadi atau besar kemungkinan sebaliknya,  sengsara kamu dibuatnya, tidak akan membuatmu hidup tenang bersamanya, maka jangan tertipu dengan raut wajah perempuan dunia  yang teranggap cantik bagimu. 

Akhlaqnya jelek (banyak dari wanita-wanita dunia seperti itu)  terutama kepada suaminya. Perbuatannya pun demikian (jelek). Bila dibandingkan wanita ahlul jannah. Sangat jauh sekali perbedaannya. Mana dari wanita dunia yang tidak melirik/melihat lelaki lain yang mungkin dia anggap lebih tampan dan kaya dibandingkan suaminya. 

Makanya beliau ingatkan untuk jangan tertipu dengan wanita yang raut wajahnya kamu anggap cantik, tubuhnya yang kamu anggap indah dan lain sebagainya.  Tersiksa dan terbudakkan kamu olehnya. 

Begitu jeleknya akhlaq dan perbuatan dia, kata Ibnul Qayyim, dia itu seperti setan tapi cuma tubuh dia manusia karena perbuatan dan akhlaq dia bukan perbuatan dan akhlaq mukminah (muslimah) karena yang ada adalah mengkhianati dan menyakiti suaminya. Jasadnya manusia tapi hakekatnya adalah syaitanah (setan wanita).

Wanita seperti itu gampang tunduk (maaf seperti sapi yang ditali hidungnya/menurut saja ditarik kekanan atau kekiri) kepada lelaki-lelaki yang hina/rendahan/murahan. Itu yang dia senangi/turuti. Dan itu yang sebanding dengan dia. Sebagaimana syaitanah (setan wanita) mengikuti syaithan (setan lelaki).

Adapun lelaki yang memiliki ihsan (mengerti agama dan ilmu, akidah, ibadah) tidak senang perempuan tersebut. Maka jangan tanya, tidak lelaki atau  perempuannya, tidak ada agama yang mereka jaga /perjuangkan/pertahankan.

Adapun akalnya maka dia bisa berbuat sesuatu yang bahkan orang berakalpun malu untuk melakukan. 

Bagaimana dia rela/ridha melakukan hal yang buruk seperti itu. Agama tidak ada, akalpun tidak ada. Bahkan rasa takut kepada Allahpun tidak ada.

Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah, maka kecantikan wajahnya palsu dan dibuat-buat. Gambaran luarnya saja masya Allah. Kalau seandainya topengnya dilepas maka tidak ada mata siapapun yang mau melihat dia karena tahu dalamnya seperti apa. 

Siapa yang mau wanita seperti itu? Berani, ngelunjak, kata-katanya pedas/menyakitkan hati suami, perbuatan dan akhlaqnya juga rusak/bejat. 

Maka kalau casingnya dilepas maka tidak ada nilainya perempuan ini. Ketika orang tahu dalamnya seperti apa. Tabiat/pembawaan mereka tidak bisa menjaga kehormatan suaminya bahkan kehormatan dirinya sendiri. Dengan bebasnya dia berhubungan dengan si fulan (ajnabi/orang asing) berhubungan langsung atau itu secara tidak langsung (sekarang) lewat sms/facebook. Dan itu adalah tabiat dia (berhubungan dengan yang bukan mahram) dan tidak bisa menjaga kehormatan dia (murahan). 

Maka mereka ini tidak bisa diharapkan menjaga kesetiaan kepada suaminya bahkan yang sudah bersuami sekalipun masih saja tamak/berambisi kepada lelaki lain yang dia anggap masih muda/perkasa/gagah dari suaminya. Ambisinya ke sana, tidak kepada suaminya. Tidak bisa dia setia menjaga nama baik dia dan suaminya. Dan itu menjadi tabiat mereka.

Termasuk tabiat wanita dunia adalah kalau suaminya kurang dalam memberikan kebaikan kepadanya baik itu berupa belanjanya atau yang serupa dengan itu (entah karena suami lupa, penghasilan kurang dan lain-lain) atau kurang dari seperti biasanya maka diapun katakan kepadamu : wah..., emangnya kamu pernah berbuat baik kepadaku ...? 

Dan hadits ini diambil Ibnul Qayyim dari hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam). 

Seakan bagi dia suaminya tidak pernah berbuat baik. Lupa dengan kebaikan suaminya bertahun-tahun. Hanya sekali telat, terlambat... 

Itulah perempuan dunia. Sakit hati kamu. Kata-katanya tajam dan menyakitkan hatimu. Walaupun seandainya istrimu bagi kamu paling cantik se asia tenggara. Seperti apa perasaanmu. Dicaci maki habis kamu ... kamu tidak pernah baik kepadaku, kamu tidak pernah membeli belanja kepadaku (dan kata-kata yang semakna). Itu ..., ketika dia berbicara seperti itu di depanmu maka sudah tidak terlihat lagi kecantikan wajahnya ... dan seandainya tidak haram dan dilarang mungkin kamu ngeruwes wajahya ... artinya terzhalimi kamu dan sakit hati. Begitulah wanita dunia kata Ibnul Qayyim. 

Atau kalau kamu ingin meluruskan dia, sangat sulit sekali dan begitulah tabiat wanita dunia. Sulit untuk harus lurus. Kamu terus berusaha untuk membenahi dia. Bengkok lagi, diluruskan lagi (terambil dari sunnah rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam). Seorang suami yang terus meluruskan dan membimbing istrinya. Dan begitulah tabiat wanita dunia. 

Yang diridhai wanita ini adalah kebengkokan. Kamu ingin lurus, bengkok lagi dan seterusnya. Kamu nasehati ... ittaqillah .. wahai fulanah, wahai isteriku, .. kamu nasehati, kamu beri mauizhah  sehingga dia sampai menangis-nangis, mungkin karena dalamnya perkataanmu bahkan mungkin sampai menangis darah.  Namun dalam sebulan begitu lagi dia. Perempuan ..., begitulah tabiatnya. 

Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah, pemikiran dia (wanita dunia) adalah membuat makar dan tipu daya kepada suaminya, entah terkait harta ataupun hubungan kekeluargaan dengan ibunya, adik, kakak dan semuanya. Makarnya adalah  bagaimana suaminya takluk dan tunduk kepadanya. Suaminya patuh kepada apa yang dia inginkan. Suaminya (sami'na wa atha'na). Sehingga bingung kamu melihatnya artinya perempuan ini koq tidak capek-capeknya menipu dan makar kepada suaminya atau suaminya pun berfikir sampai kapan isterinya tidak seperti ini lagi (terus melakukan makar dan tipudaya kepada suaminya). 

Dengan demikian, (belum termasuk yang lain seperti haid, nifas, dan lain sebagainya karena itu merupakan aib/kekurangan) kecantikan dan keindahan tubuh dia merupakan kulit ari yang sangat tipis (pada perempuan ini). Kalaupun kamu anggap itu adalah keindahan/kecantikan itu hanya seperti kulit ari saja dimana dibalik kulit ari tersebut terdapat seluruh aib dan kekurangan. Yang ada hanyalah aib dan kejelekan. Ibarat seperti perhiasan palsu hanya dipoles sedikit dengan yang murahan. Seperti perak yang ditambahi warna kuning dan diberi tambahan bahan supaya terlihat mengkilat, maka yang bodoh dan tidak ahli mengira ini adalah emas ... masya allah ... mengkilat, ... sementara kamu tidak mengetahui dunia emas ... melihat barang logam murahan ini, dipoles sedikit saja dengan bahan bukan emas akan tetapi kuningan atau apapun yang murahan supaya terlihat mengkilat dan indah ... Dia yang membeli mengira ini adalah permata yang mahal dan dia beli dengan harga tinggi padahal hakekatnya adalah logam murahan. Kecantikan tadi cuma polesan belaka. Sebentar juga luntur seperti kena air. Ketahuan belangnya/aslinya. Seperti itulah wanita dunia. 

Adapun orang yang ahli (mengerti syariat dan agama Allah) paham bahwa ini logam palsu (bukan emas). Terlihat kuning..., orang yang ahli tahu bahwa itu polesan, bahkan cukup melihat saja sudah paham bahwa itu adalah palsu saking pengalamannya... mengerti...bahwa ini logam murahan...bukan emas. Tapi kebanyakan orang tidak faham. Mana yang emas, kuningan, palsu atau polesan. 

Siapa yang paham..? Tentu ahlinya. Yang puluhan tahun kerja di dunia emas. 

Artinya ..., yang mengerti perempuan untuk dipilih dan dijadikan isterinya, tidak semua laki-laki paham. Hanya orang yang mengerti ilmu agama/syariat yang paham.  

Dia akan menilai perempuan tersebut dengan agamanya. Apakah perempuan ini tipe emas murni (mahal harganya) atau emas polesan (yang dia lihat cantik wajahnya, indah tubuhnya saja) padahal dia akan menipu kamu dan merugikan kamu. Belum lagi wanita-wanita yang cantik wajahnya banyak dari mereka khianat ( wal 'iyadzubillah) kepada para suaminya. Dia berhubungan/selingkuh dengan lelaki lain yang dia senangi (lebih kaya, lebih tampan dari suaminya). Sehingga wajah dia ini tidak menjadi jaminan untuk ketulusan dia sehingga jangan kamu tertipu dengan paras wajahnya. 

Adapun wanita-wanita dunia yang setia kepada suaminya taat kepada Allah, menjaga kehormatan dia dan suaminya dan dia sadar bahwa dia adalah isteri fulan maka dia tidak akan mau berhubungan dengan yang bukan mahramnya sehingga suaminya senang dengan dia karena taat dan patuh, maka wanita yang semacam ini adalah satu dari jutaan wanita. 

Sebagaimana perhiasan yang mahal tidak semua orang punya. 

Dunia itu perhiasan. Sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang shalehah. 

Rumah, kendaraan dan yang lain murah dan bukan perhiasan dunia yang terbaik. 

Rumah ...?
Semua orang bisa punya rumah walaupun mungkin dengan cara yang haram. Baik dengan KPR atau kredit semua orang bisa punya rumah. Gampang. 

Mobil ...?
Mobil juga demikian, mau yang baru atau second, dengan kredit selesai. 

Motor ...?
Motor apalagi. Walaupun dengan 0 rupiah. 

Handphone ...?
Handphone sama. Tidak membedakan orang kaya ataupun tidak. Tidak merupakan ciri memiliki perhiasan terbaik dari semua yang ada di dunia. 

Tetapi isteri shalehah, siapa yang punya? 
Dari ribuan/jutaan umat yang ada. Hanya isterinya fulan dan fulan. Bisa dihitung dan ini yang langka. Tidak bisa kamu kredit. Ini yang mewah. Tidak bisa kamu KPR ataupun leasing. Dan tidak semua orang punya. Walaupun kayanya seperti apa, tidak semua orang punya. Isteri yang shalehah. Nas'alullah min fadhlihi. 

Maka ..., lihatlah ... ,(ambil pelajaran olehmu), baik yang dekat denganmu atau yang sebelum kamu baik yang muda ataupun tua yang terfitnah oleh wanita dunia. Terfitnah dan tertipu oleh kecantikannya / tubuhnya, sementara dia jauh dari ilmu dan iman. Berapa banyak yang menjadi korban sehingga terbudak dan terhina. Lebih dari itu dia telah bermaksiat kepada Allah. Maka dengan makar ini  hendaknya kamu menggantikan yang rendah ini (wanita dunia yg jauh dari ilmu, iman dan amal shaleh) untuk kamu dapatkan yang jauh lebih tinggi, mahal dan terhomat dari semua itu. Karena dunia itu fana/pasti hancur. 

Apakah dia yang lebih dulu meninggalkanmu atau kamu yang lebih dulu meninggalkannya. 

Maka gantilah itu dengan bidadari surga yang telah Allah siapkan untuk seorang mukmin, muwahid, yang bertaqwa dan taat kepada-Nya. 

Kalau bagimu sulit di dunia mendapatkan wanita yang cantik rupanya / indah tubuhnya / muda belia di dunia, bahkan sampai saat ini belum kamu peroleh maka khitbahlah/lamarlah itu dari Ar Rahman (Allah subhanahu wa ta'ala) dan ajukan maharnya (untuk memperolehnya) dengan amalan shaleh ketika di dunia. Lamaran kamu untuk mendapatkan mereka di surga. Nikah lebih mudah bagimu dengan ilmu yang kamu pelajari, iman dan amal shaleh. 

Demi Allah, kamu tidak lah diciptakan di dunia ini hanya untuk merasakan kenikmatan hidupnya yang fana atau untuk merasakan syahwatmu dan memperoleh segala keinginan di dunia artinya kamu harus / mesti untuk susah payah hidup padanya, kesulitan, cobaan, ujian, pahit, getir, begitulah tabiatnya dunia sehingga melalaikan kamu dari akhirat dan tidak ada penambahan ilmu serta pembenahan ibadah tetapi kamu demi Allah diciptakan di dunia ini untuk mempersiapkan bekalmu di akherat kelak.

Terambil dari ayat : "Tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku".

Justru kamu datang ke akhirat dalam kerugian besar dengan tidak ada bekal yang dibawa, tidak ada mahar yang bisa di persembahkan untuk mendapatkan kenikmatan surga dan bidadari karena terlalaikan. Kamu malas dan menyia-nyiakan hidupmu di dunia dan kamu terlewatkan dan terlalaikan dari akherat yang jauh lebih penting. 

Kalau saja kalbu / hati manusia bersih maka tidak akan seperti terpotong-potong ketika tersamarkan dari kenikmatan akhirat berupa surga. Ketika dia terharamkan / tidak mendapatkan kenikmatan itu maka hatinya terpotong-potong (penyesalan yang begitu mendalam) karena selama hidup tidak mempersiapkan bekalnya. Begitulah kebanyakan orang, mabuk dengan cinta dunia dan dia akan sadar setelah sekian waktu. Ternyata selama ini dia mabuk. Hampir seluruh waktu hidupnya dipergunakan untuk kerja dan mencari harta atau termabukkan oleh kecintaannya kepada perempuan hanya karena cantik mukanya  sementara dia jatuh dalam perbuatan maksiat kepada Allah maka akan hal ini akan menjadi penyesalan dia nanti di akhirat.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata : 
"Maka sekarang dengarkan olehmu kisah para bidadari surga dan pilih mana yang kamu senangi." 

(Tentunya sifat-sifat bidadari surga yang akan beliau sampaikan sebatas yang ada di dalam nash al Qur'an atau hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan juga atsar dari sahabat atau tabi'in).

Mereka itu para bidadari yang cantik sempurna ciptaan mereka dan menjadi wanita yang paling cantik dan rupawan. Huur disebut sebagai huur dalam Al Qur'an, sebagian ulama ada yang menafsirkan sebagai perempuan yang cantik jelita, putih dan sangat hitam bola matanya. Ada juga sebagian dari mereka mengatakan disebut huur ketika perempuan itu sangat putih bola matanya (bagian tepinya) dan sangat hitam bagian tengah bola matanya plus matanya besar. Makanya orang arab atau para penyair kalau mensifati perempuan yang cantik yang menonjol adalah  matanya. Dan ma'ruf tentunya bahwa mata bisa dikatakan mata adalah inti keindahan wajah dari perempuan. Itu mereka perumpamakan ka'ainuha. Nuha itu sapi. Artinya mereka perumpamakan seperti mata sapi yang besar tetapi yang dimaksud adalah besar matanya (tidak sipit/kecil). Sipit / kecilnya mata tidak akan memperlihatkan kecantikannya. Besar mata terlihat sekali menambah kecantikannya. Makanya Allah jadikan balasan bagi kaum mukminin huurul hisan di surga seperti itu. Tentunya ini adalah gambaran. Hakekatnya jauh (lebih dari itu). Sesuatu yang tidak terpikir oleh benak manusia, terlihat oleh mata dan terdengar oleh telinga. Tetapi untuk mendekatkan gambaran terhadap hakekatnya.

Sehingga karena begitu indahnya, mata seorang mukmin (pasangan dia di surga) sampai kebingungan melihat begitu cantiknya para bidadari itu. Yang dimaksud bahwa ketika mereka melihat putihnya kulit jasad bidadari tersebut dan bersih / putihnya tubuh dia (jangankan di akherat, di dunia saja ketika dia melihat akan menjadi gugup dan bingung bahkan mungkin tidak bisa berbicara). Tentunya di akherat jauh lebih dari itu karena sangat indahnya mereka sampai kebingungan melihat keindahan tubuh, lembutnya kulitnya.

Di dalam Al Qur'an Allah berfirman :  
"Seakan-akan mereka adalah telur yang tersimpan dengan baik". (QS Ashshaffat 37)

Para ulama tafsir menyebutkan kelembutan seluruh kulit tubuh mereka seperti kulit telur. Halus dan lembut sekali. Dan ketika dia melihat betapa sempurna keindahan dan kecantikan bidadari tersebut, dia pun mengatakan : "Maha Suci Allah yang memberikan kepadanya segala keindahan/kecantikan dan banyak kebaikan yang Allah anugerahkan kepadanya". 

Dan mata ini (dia minum kecantikan bidadari itu) seperti pecinta khamr yang ketika minum merasakan kenikmatannya artinya dia pandangi dengan puas kecantikan bidadari itu maka karena bingungnya /senangnya menjadi seperti orang yang di awal-awal dia mulai mabuk. Itu mereka sebutkan paling asyiknya mabuk. Awal dia minum mulai hilang kesadarannya itu yang mereka cari. (Kalau sudah terlalu mabuk tidak ada kenikmatannya). Artinya kenikmatan yang dilihat atau dinikmati oleh mereka di surga merupakan kenikmatan yang sangat tinggi dan paling membahagiakan mereka. 

Begitu sempurna penciptaan mereka dan sempurna pula akhlaqnya (jauh dibandingkan wanita-wanita dunia). Dan ciptaan mereka seperti bulan di malam purnama. Beliau katakan di hari ke 14 malam ke 15. Bulannya sempurna, sempurnanya bulan dan paling indah indahnya bulan. Seperti itulah mereka melihat dan menyaksikan.

Dalam beberapa ayat al Qur'an Allah berfirman :
"Kami nikahkan mereka dengan huur ain"
"Kaamtsilulu i wal maknun" 
Seperti permisalan mutiara yang terjaga. Tidak bisa disentuh siapapun kecuali pasangannya yang telah Allah tentukan di dunia.

Huurul 'ain atau al haura begitu yang Allah sebutkan tentang wanita ahli surga :
fi hinna khoiratun hisan
"Di dalamnya adalah wanita-wanita yang baik-baik (akhlaqnya sangat tinggi) dan sangat cantik / sempurna keindahan tubuhnya dan raut wajahnya. 

Di dalam riwayat Imam Ibnu Wahab dari hadits abu sa'id al khudry, Ibnul Qayyim mengatakan : 
"Dan matahari itu terus tampak di keindahan wajahnya begitu pula di malam hari di bawah ranting-ranting pepohonan". 

Yang beliau maksud keindahan para wanita surga ketika malam tampak sifat bersihnya dan matahari yang dimaksud adalah kebersihan dan cerahnya  kecantikan wajah mereka di surga. Karena di dunia tidak akan mungkin seperti itu terus menerus seperti itu mana ada?

Manusia di dunia, walaupun sekarang kamu melihat dia sangat cantik , kencang kulitnya, bersih, rambut hitamnya terurai itu cuma sebentar. 20 tahun kemudian mulai keluar ubannya walaupun dia semir maka tidak akan bisa merubah kulit. Cahaya wajahnya yang begitu indah lama kelamaan berangsur angsur berkurang mulai keriput dan kendor kulit wajahnya. Makanya hanya di surga sebagaimana yang beliau katakan.  

Maka kembali dia ucapkan "... subhanallah, betapa indah ciptaannya, menunjukkan kebesaran Allah penciptanya. Maha Suci Allah yang benar-benar menyempurnakan ciptaannya pada bidadari ini ..."

Malam itu tidak mendatangi paginya (di surga) karena di surga terus terang dan jelas. Dan masing-masing menjadi cermin pasangannya. Kapan dia ingin melihat wajahnya maka melihat pasangannya . Kedua duanya demikian. Seorang mukmin melihat wajahnya bercermin pada bidadari demikian pula bidadari melihat kecantikannya dengan bercermin pada suaminya. 

Diriwayatkan dari Imam Ibnu Wahab dari hadits abu sa'id al khudry bahwa Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda :"Seseorang di surga bersandar selama 70 tahun belum berpindah posisi (menikmati keindahan surga), lalu datang kepada dia wanita (bidadarinya) dan memukul pundaknya lalu dia pandang wajah dia, dia melihat jelas wajahnya pada pipi bidadari itu yang sangat bersih sekali." Hadits juga diriwayatkan oleh Imam Abu Ya'la di dalam musnadnya.

Demikian pula dalam riwayat abu hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Demi yang mengutus aku dengan al haq sebagai nabi,  kalian di dunia tidak lebih tahu terhadap isteri kalian, rumah kalian, dibandingkan ahlul jannah terhadap bidadari dan tempat tinggalnya di surga".

Artinya, kita ahlu dunia yang sedang di dunia tahu sekali rumahnya dan isterinya (tidak akan salah), tahu sifat dan ciri-cirinya. Kalaupun dikumpulkan 1000 wanita dia akan tahu tentang isterinya. 

Mereka (mukmin) masuk menemui 72 isteri yang Allah berikan padanya dan 2 dari anak adam yang ada di dalam surga dan itu karena keutamaan ibadahnya kepada Allah. 

Pertama dia masuk padanya terdapat kamar/ruangan terbuat dari permata, di atasnya terdapat dipan yang terbuat dari emas yang dihiasi dengan intan. Di tempat tidurnya terdapat 70 perhiasan dari kain sutera yang halus dan lembut. Dan si mukmin meletakkan tangannya diantara 2 bahu bidadari dan dia bisa melihat tangan itu dari balik daging dan pakaian, karena sangat bening dan putihnya bidadari itu (terlihat sampai belakang). Dia melihat tulang atau isi dari tulang betis seperti kamu melihat tali di dalam kaca. 

Demikian dia bersama dengan 1 dari 72 bidadari. Dari 1 bidadari ini dia tidak pernah merasa bosan, bidadari ini pun tidak pernah merasa bosan bersamanya. Entah sampai kapan yang Allah tentukan. 

Mana ada di dunia? Secantik-cantiknya isterimu yang paling kamu cintai dan senangi, jangankah 1 hari, 1 jam aja sudah bosan. Apalagi kalau sudah terlaksana, mau apalagi. Lalu hilang rasa rindunya yang menggebu. Hilang dengan cepat. Itulah wanita dunia. Begitu juga perempuan. Timbul rasa bosan. Adapun di surga si mukmin tidak akan pernah merasa bosan dengan isterinya, si isteri pun tidak pernah merasa bosan kepada suaminya.

Setiap kali dia mendatangi isterinya ini, selalu dia dapati isterinya dalam keadaan gadis. Masing-masingnya ketika dia datangi (para isterinya) maka mereka selalu dalam keadaan gadis. Yang milik lelaki tidak pernah lemah begitu pula yang milik isterinya tidak pernah mengeluh dan itu terus demikian. 

Beda tentu nya dengan wanita dunia sesuatu yang menggebu sebentar saja hilang. Sehingga kepuasan dan kenikmatannya sangat terbatas. 

Disaat dia masih asyik bersenang-senang dengan pasangannya ada suara yang mengatakan :
"Kami tahu bahwa kamu tidak akan pernah merasa bosan selamanya bersama dia, hanya saja kamu perlu tahu bahwa masih banyak isteri kamu yang lain selain dia yang harus kamu datangi" Maka dia tinggalkan yang ini untuk mendatangi yang lainnya. Dia keluar untuk mendatangi yang ke dua, yang ke tiga dan seterusnya. Setiap kali dia datangi yang satu selalu diucapkan padanya :"Demi Allah, di surga tidak ada yang lebih tampan darimu dan tidak ada yang lebih aku cintai darimu". 

Begitulah terkait mereka dan sama yang dia datangi dia tidak pernah merasa bosan, terus demikian sampai diingatkan. Mulai dari yang pertama selalu di ingatkan kamu tidak akan pernah merasa bosan. Demikian seterusnya. Belum lagi yang dikatakan wanita surga kepadanya, "tidak ada yang lebih aku cintai darimu, tidak ada yang lebih tampan di surga ini selain darimu".

Adapun di neraka ... wal 'iyadzubillah ... ketika mereka dijerumuskan ke dalam neraka dikarenakan amalan mereka selama hidup di dunia. Ada yang di neraka itu terbakar kedua telapak kakinya, ada yang terbakar sampai setengah betisnya, ada yang sampai ke lututnya, ada yang sampai ke pinggulnya, ada yang sampai seluruh tubuhnya kecuali wajahnya karena diharamkan oleh Allah wajah itu untuk terazab.     

Mereka itu (bidadari surga) merah pipinya, rongga mulutnya bagaikan mutiara dan hitam mata mereka tetapi bulu matanya lentik dan tebal bagaikan sayap elang. 

Adapun wanita dunia yang jahil sampai merekayasa matanya dengan bulu mata pasangan biar tebal, hitam dan besar. 

Cahaya seperti kilat (kuat dan terang sekali) ketika para wanita surga tersenyum membuka mulutnya (keluar cahaya kuat dari mulutnya) sehingga menerangi atap tempat tinggal mereka.

Berkata Ibnul Qayyim, dan di riwayat disebutkan ada cahaya yang begitu kuat dan mengkilat sehingga ahlul jannah bertanya: "cahaya apa ini?" terang dan padat sekali. Lalu dijawab oleh mereka "Ini cahaya dari mulut wanita ahli surga yang tertawa bersama suaminya" Ini terkait hadits abu nu'aim dari Ibnu Mas'ud, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Ada cahaya kuat di surga, maka mereka penduduk surga melihat ke atas cahaya dari mana datangnya. Ternyata mereka tahu bahwa cahaya itu keluar dari mulut bidadari di surga yang sedang tertawa bersama suaminya di surga".

Makna yang serupa dengan riwayat ini di riwayat Imam Khatib al Baghdadi ada tambahan, mendengar itu seseorang jatuh di majelis Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam  karena takjubnya akan besarnya kenikmatan yang Allah berikan kepada penduduk surga dan dia sampai tidak sadarkan diri sampai meninggalnya.   

Seluruh lipatan-lipatan tubuh (pada manusia terutama wanita atau secara umum tempat berkumpulnya keringat, karena tertutup atau terlipat maka pada umumnya bau lebih dari yang lain seperti ketiak dan selangkangan bau nya sangat menyengat dan tidak sedap di tempat tersebut) wanita ahlul jannah harum dan itu karena air usia muda yang ada pada diri mereka layaknya kalau tanaman pada ranting-rantingnya, dahan-dahannya basah ketika itu segar dan subur maka kencang dan keras batang / ranting pohon tersebut. Pucuk-pucuk bunga atau dedaunan muda. Karena air ini terus mengalir maka suburlah dahan atau ranting-rantingnya membawa buah-buahan yang beaneka ragam. 

Diperumpamakan oleh Ibnul Qayyim sebagaimana tanaman di bumi. Subur, basah, segar maka banyak hasil buah yang tumbuh dari tanaman semacam itu.

Ada yang mengeluarkan bunga mawar kalau itu dari jenis bunga-bungaan (karena subur dan basah rantingnya) sehingga keluar dengan segarnya mawar merah, demikian pula buah apel dan buah delima. Semua itu tumbuh di rantingnya / dahan pohonnya. Maka Maha Mulia dan Maha Tinggi yang menanam taman surga tersebut dan yang menciptakan mereka para bidadari surga.

Penjelasan dari Ibnul Qayyim ini yang beliau ingin sebutkan bahwa wanita ahli surga (kata Syaikh Ali Kharraj rahimahullah ) tubuhnya lentur, masih segar, layaknya pemudi yang masih gadis dan kencang kulitnya, basah dan banyak airnya. 

Beliau ingin menyerupakan /mendekatkan gambaran seperti gadis yang masih segar dan itu menyeluruh pada jasadnya sehingga menambah keindahan dan kecantikan dia dan seperti yang beliau katakan karena basah dan banyak airnya pada apel, mawar dan delima.

Semoga Allah merahmati Ibnul Qayyim, yang beliau maksudkan dengan mawar itu pada pipi mereka seperti mawar merah yang merekah. Adapun seperti apel yang dimaksud adalah licin atau mulusnya rambut, kulit dan dahi mereka. Adapun terkait delima yang dimaksud adalah yang di dada mereka. Makanya beliau mengatakan Maha Mulia Allah yang menanam atau membuat taman tersebut di dalam surga.

Mereka para bidadari surga tegak dan tidak bungkuk, tinggi dan tidak pendek, seperti batang tanaman yang tidak hanya dia lurus tegak tetapi juga lembut dan halus. Maka tinggi mereka tengah-tengah, artinya tidak terlalu tinggi sehingga sulit digapai tetapi tidak juga terlalu pendek sehingga tidak disenangi. Diibaratkan seperti tumpukan pasir atau gunung yang menjulang tinggi dan jelas terlihat. 

Yang dikehendaki beliau dalam hal ini bahwa bidadari surga sempurna ciptaannya berdiri tegak, tinggi, tidak bungkuk seperti orang tua.

Disebutkan demikian karena memang ma'ruf  seperti yang orang arab katakan :
Tinggi itu setengah dari kecantikan/keindahan pada manusia.
Nilai kecantikan dia terkhusus dari wanita setengah atau 50% berada pada postur tubuh. Makanya beliau sebutkan wanita ahli surga tinggi tegak dan tidak bungkuk. 

Mereka tidak akan pernah membungkuk atau tua tetapi terus muda, tegak dan sehat, terus demikian. Tidak demikian pada manusia, semula dia gadis tegak semakin tua  maka punggungnya mulai membungkuk.

Sementara yang beliau perumpamakan dengan delima adalah yang ada di dadanya. Tidak dekat dan mengarah ke bawah / perutnya bahkan mendekatpun tidak. Yang dimaukan disini adalah kencang, dan itu tentunya sifat ketika masih muda/gadis. Ma'ruf demikian. Tapi pada manusia, semakin dia tua bertambah usia punya anak yang ada di dadanya mengarah ke perutnya, lembek, turun ke arah perut nya atau mendekat ke situ. Maka yang ada di dada wanita ahli surga tidak mengarah ke perutnya artinya terus dalam keadaan kencang sebagaimana delima. Delima akan terus bulat seperti itu.

Beliau pertegas tetapi mereka wanita ahli surga kawaib (telah Allah sebutkan dalam al Qur'an : wa kawaiba atraba) dan nawaib.

Kawaib yang dimaksud adalah ketika seorang wanita kaaibah yaitu sudah kencang-kencangnya dan serupa dengan bahasa arab yaitu nawahib yaitu terangkat (dadanya terangkat kencang) karena sifat yang dinafikan oleh Imam Ibnul Qayyim adalah sifat kekurangan pada wanita dunia. Karena kalau tidak kencang berarti jatuh dan mengarah ke perutnya atau sudah mendekat ke situ sehingga kekencangannya sudah hilang tidak seperti awal gadisnya dulu. Dan itu ma'ruf pada manusia. Tapi yang beliau bicarakan adalah wanita ahli surga, tidak akan yang ada di dadanya kemudian melemah dan lembek kemudian jatuh, tetapi seperti delima yang sedang segar-segarnya. Maklum bahwa delima keras dan bulat.

Lehernya tinggi dan proporsional sesuai ukuran tubuhnya. Panjangnya leher termasuk ciri keindahan dan kecantikan wanita. Ma'ruf, cantiknya wanita demikian dibandingkan wanita yang tidak punya leher. Dekat pundaknya dengan dagunya. Leher yang pendek tidak disenangi. Akan tetapi ketika lehernya panjang akan menambah kecantikan dia.

Lehernya panjang, begitu indah, putih dan sempurna. Panjang leher tidak terlalu berlebihan karena jelek dan itu tidak diingkari tidak hanya pada nya. Ibnul Qayyim disini menyebutkan bahwa leher mereka seperti gelas atau botol dari perak artinya indah dan bersih .

Lalu beliau katakan perhiasan yang ada di dadanya seperti kalung, liontin, karena dekatnya dengan leher maka perhiasan ini mengeluh dan gelisah kalau jauh atau dijauhkan dari leher para bidadari. 

Dan ini penggambaran yang luar biasa dari beliau, karena biasanya yang mengeluh orangnya (pada wanita dunia). Mengeluh karena mereka tidak memakai perhiasan, tidak percaya diri, kurang cantik sehingga perlu dia  pake kalung atau liontin untuk menghiasi lehernya supaya bertambah indah. Apa yang memperindah lehernya? Jawabannya adalah kalungnya. Kalau kalung ini dijauhkan/dilepas yang mencari dan perhiasannya siapa? Tentu si perempuan.

Tapi di surga sebaliknya yang mengeluh adalah perhiasannya. Ketika dijauhkan dari leher para bidadari itu , karena yang lebih indah lehernya para bidadari tersebut bukan pada perhiasanya. 

Makanya disebutkan secara umum pakaian atau perhiasan ada 2 macam :
1. Perhiasan itu menghiasi kamu
2. Kamu yang menghiasi persiapan

Artinya, ada wanita biasa memakai anting jadi terlihat masya Allah ketika menggunakan perhiasan itu kelihatan wah/bagus, ketika menggunakan suatu pakaian atau perhiasan, jam tangan atau sepatu. Terlihat tampan kalau lelaki dan kelihatan cantik kalau perempuan. Siapa yang terhiasi... orangnya.

Yang kedua sebaliknya perhiasan itu menjadi indah atau pakaian itu menjadi bagus kalau dipakai fulan, kalau dipakai orang lain tidak kelihatan bagusnya perhiasan itu entah jam tangan , kalung pada wanita, gelang atau baju. Kelihatan hidup perhiasan itu (menyala). Sehingga nilai besarnya bukan pada perhiasan tetapi orangnya. Dan ini kata Ibnul Qayyim bahkan sampai-sampai perhiasan mengeluh karena dijauhkan dari leher bidadari, karena yang lebih hebat dan indah adalah bidadari itu, bukan pada perhiasannya. 

Telapak tangan kalau kamu mau serupakan itu dengan emas yang berada di telapak tangan. Beliau tunjukkan keindahan lain dari tubuh mereka bagaikan tangan yang dihiasi dengan perhiasan gelang, emas, sehingga tentunya menambah kecantikan mereka.

Tangan mereka lembut atau halusnya kulit mereka seperti susu ketika itu membeku dimana sentuhannya begitu halus dan lembut bagaikan langit-langit pada susu (sebagaimana susu yang panas kamu biarkan di gelas atau mangkok maka akan muncul sesuatu yang lembut dan halus sekali) maka seperti itu halusnya dan lembutnya kulit mereka.

Adapun dada mereka luas dan lebar dan berada diatas perutnya. 

Adapun perut bidadari surga diapit oleh dua tulang pinggul. 

Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah :
"Daerah pinggulnya luas diapit oleh 2 pinggulnya. Kemudian diatas itu ada pinggang yang mengecil. Menyerupai angka 8".

Angka 8 ma'ruf, besar diatas mengecil di tengah kemudian besar lagi di bawahnya. Itu adalah bentuk tubuh mereka.

Dan di perut bidadari surga terdapat pusar yang sangat indah / bagus dan tepat berada di tengah (diantara dua pinggulnya). Bidadari surga jauh dari lipatan-lipatan pada perut sebagaimana biasa terjadi pada orang yang gemuk atau seperti kulit jeruk. Ini semua ternafikan ada pada mereka. Jauh pinggang atau perutnya dari lipatan-lipatan seperti itu. Tetapi kencang kulit mereka. Dan jelas itu sifat kecantikan/keindahan pada wanita.

Di bawah perut tempat tertanamnya tulang paha dengan baik dan dikelilingi oleh wewangian misik. 

Ini seputar dada, perut dan tubuhnya.

Lalu kalau kamu turun (perut, pusar lalu turun ke bawah) ke bawah maka kamu akan melihat sesuatu yang dahsyat luar biasa. Tidak bisa disifati dengan kata-kata. Tidak mampu orang untuk bisa menjelaskannya. Hanya saja beliau memberikan penjelasan tidak ada haid yang keluar dari sana, tidak pula kencing dan tidak juga yang lain, yang itu menimpa para wanita dunia di tempat tersebut. (najis, kotor, dan lain sebagainya). 

Sebagaimana firman Allah :" adza (gangguan)". Yas'alunaka anil mahid.
"Mereka tanya kepadamu apakah haid itu"? Penyakit kotor. Jauhi isteri kalian ketika dia haid.

Wanita ahli surga tidak ada haid padanya, tidak pula kencing. Adapun pada wanita dunia sesempurna atau secantik apapun siapa yang tidak kencing. Sementara kencing adalah kotor, najis dan bau. Siapa orang yang mau melihat dan mendapati aromanya yang rusak. Tetapi mereka disucikan dari semua itu baik haid, nifas, istihadhah, keputihan dan lain sebagainya. Sehingga seperti tadi bahwa ditambah lagi ada lipatan semakin menambah baunya. Tetapi pada wanita ahli surga disucikan dari semua itu.

Syaikh Shaleh Al Fauzan hafizhahullah, Allah telah menyebutkan hal ini di dalam an Nisa 57 dan beberapa ayat lain yang semakna : 
"Lahum fiiha azwajum muthaharah..." 
Bagi mereka di surga, isteri-isteri yang disucikan dari haid, kencing, BAB, yang itu merupakan sifat kekurangan dan aib pada wanita dunia.

Yang itu (tidak haid kencing BAB) dijaga ketat (tertutup rapat) oleh dua paha sehingga yang berada di tengah tersebut aman dan terhormat dan tidak akan disentuh/ dibuka kecuali oleh pemiliknya (para suami mereka) yang Allah telah tentukan. Artinya itu aman, tidak sebagaimana wanita dunia. Begitu banyak pergaulan bebas, perzinaan dan semisalnya. Adapun pada wanita ahli surga indah, aman dan terhormat. Tidak akan ada yang mendapati itu kecuali pasangan mereka yang telah Allah tentukan.

Dia berkhidmat menjaga dan melayani tuannya. Dan tentunya ketaatan kepada tuan atau pemimpin itu harus. Dilaksanakan dan dijaga dengan baik. Artinya ibarat yang di tengah tadi adalah pemimpinnya itu tuannya, sementara 2 paha menjadi penjaga yang tidak akan membiarkan itu diganggu oleh siapapun kecuali pasangan dia/suaminya yang Allah berikan untuk kaum mukminin. Demikian dia ditaati/dipatuhi, dia sebagai pemimpinnya dan tidak akan pernah berhenti untuk terus menjaga dan tidak akan pula dia terganggu oleh siapapun.

Adapun jima' dengan mereka (hubungan layaknya suami isteri) maka itu syifa' (sebagai obat) dan itu karena kecintaan kepada mereka. Kecintaan dan kasih sayang yang tidak akan pernah bosan/berhenti dan tidak membawa dampak negatif/kejelekan. 

Artinya kalau itu di dunia pada wanita dunia tentunya kebutuhan biologis tersebut membawa dampak kalaupun itu nikmat dan lezat bagi suami isteri. Tentu akan membawa dampak seperti capek, lemas dan terputus syahwatnya. Begitu dia telah selesai lakukan ya sudah. Apa yang dia inginkan kedua belah pihak suami isteri berhenti atau cukup. Begitu selesai, selesai pula kerinduan dan keinginan mereka. Itu di dunia. Berbeda dengan wanita ahli surga. Karena itulah Ibnul Qayyim mengatakan itu adalah syifa' justru jima dengan mereka sebagai obat. Berkata Syaikh Shaleh Al Fauzan artinya dampaknya  malah bagi si mukmin semakin giat dan kuat. Berlawanan dengan yang di dunia. Sehingga dia tidak akan ada bosan / henti-hentinya  berupa cinta, kerinduan dan kasih sayang diantara mereka. Nas'alullah min fadhlihi.

Di dalam hadits dalam riwayat thabarani dari Abu Sa'id al Khudry atau di riwayat Abu Nu'aim dari Abu Hurairah seseorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :" hal yamassu ahlul jannah azjwajahum?" Apakah ahlul jannah (mukminin) menjima'i isteri mereka dari bidadari surga? Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam menjawab :"iya" Dengan yang milik lelaki itu tidak akan lemah/lemas dan bagi si wanita demikian (tidak akan bosan) dan syahwat yang tidak akan terputus (terus demikian)

Lalu kata Ibnul Qayyim :"dan kalau dia telah berhubungan dengan mereka, wanita ahli surga kembali seperti semula (kembali gadis/perawan) tanpa darah atau berkurang darinya. Dan ini seperti tadi Syaikh Shaleh Fauzan sebutkan dibandingkan dengan wanita dunia berbeda 180 derajat dimana wanita dunia tentunya kalau dia gadis dari awal, maka hilang kegadisannya. Selesai. Tetapi ini yang beliau sebutkan terkait wanita ahli surga kembali seperti sedia kala. Gadis dan tidak ada darahnya tanpa kekurangan apapun yang terjadi pada dirinya.

Terkait makna ini di hadits abu sa'id al khudri di riwayat thabrani Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebutkan, penghuni surga kalau setelah berhubungan dengan isteri mereka maka kembali gadis seperti semula tanpa ada kekurangannya atau sedikitpun yang berkurang darinya.

Kata Ibnul Qayyim : " demikian mereka berhubungan layaknya suami isteri dengan penuh syahwat oleh suami maupun isteri dan pada si mukmin milik dia tidak akan lemas karena syahwatnya terus tanpa putus/ tidak akan berhenti". Dan hadits tersebutkan dalam perkara ini dan tidak diingkari (hadits shahih dan tidak mungkar)

Telah diriwayatkan bahwa kesibukan mereka penghuni surga tersebutkan dalam surat yasin. Firman Allah dalam surat yasin cuma Allah sebutkan secara global, kesibukan mereka dan apa yang mereka lakukan di surga. Yaitu firman Allah dalam ayat 55, ketika Allah berfirman :"inna ashabal jannati yauma fi syugulin faakihun". Sungguh para penghuni surga hari ini (hari kiamat) sibuk dan senang-senang mereka dan terus tersibukkan. Di ayat belum jelas, apa maksud kesibukan mereka dan kesenangan mereka bagaimana. Allah sebutkan global dan tidak diperinci oleh Allah.

Perkara  itu tersebutkan di kalangan mufassirin antara lain di riwayatkan oleh Sa'id bin Manshur dan Abdullah bin Imam Ahmad dari sahabat Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu.

Terkait ayat ini kata Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu  : "Adapun sibuk (namanya orang sibuk bagaimana dia tidak peduli kepada yang lain / sibuk dengan itu / sesuatu yang melalaikan dia dari yang lainnya / itu yang betul-betul menyibukkan dia / fokus di situ / stressing di situ segala-galanya).

Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata : yang dimaksud kesibukan merela dalam surat yasin adalah memecah atau membuka kegadisan. Sebagaimana pengantin baru dengan gadisnya kesibukannya adalah membuka / memecah kegadisan isteri mereka di dalam surga. 

Serupa dengan itu adalah riwayat Hakim dari al Auza'i sama, kesibukan mereka memecah keperawanan. Demikian pula Ibnu 'Abbas meriwayatkan makna yang sama. Ini yang allah sebutkan dalam surat yasin :

Inna ashabal jannatil yauma fii syugulin faakihun
"Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka)".

Benar-benar mereka tersibukkan dengan hal tersebut di dalam surga. Begitulah kesibukan pengantin wanita dengan pengantin lelaki. Kesibukan keduanya setelah masa yang bgt lama memisahkan keduanya. Begitu jauh dan lama terpisahkan keduanya. Di dunia saja mungkin si mukmin hidup selama 60 tahun, 70 tahun, belum nanti di kuburnya entah berapa lama sampai hari kiamat. Lama. Sehingga kerinduan itu memisahkan mereka berdua. Setelah bertemu, tentu itulah yang menyibukkan mereka berdua. 

Kemudian beliau rahimahullah berkata :
" Maka demi Allah, jangan kamu tanya tentang kesibukan mereka seperti apa? Malam-malam itu bagi mereka berdua adalah malam yang sangat panjang."

Kalau penyair di kalangan arab mengatakan :
"  Wahai malam, ... panjanglah, wahai subuh ... berhentilah ..."

Artinya yang dimaukan adalah malam semakin panjang bagi dia dan isterinya, dan subuh berhentilah (jangan datang subuh) agar terus malam tersebut sehingga lebih lama malamnya sehingga banyak waktu bagi dia untuk bersenang-senang. 

Tapi di dunia mana mungkin ...
Bagaimana pun juga akan datang waktu subuh ...
Cuma untuk mengibaratkan betapa dia ingin malamnya itu panjang agar dia berdua dengan isterinya. 
Dan wahai tidur atau mengantuk, pergilah ... karena dia tidak ingin terganggu dengan rasa kantuk dan tidurnya karena akan memisahkan atau mengganggu dia dengan isterinya.

Almuhim, kembali kepada apa yang disebutkan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah :
Dan berilah contoh di dunia bagaimana menggambarkan atau mendekatkan apa yang terjadi antara si mukmin dengan wanita surga.
Cinta dan kerinduan yang sangat mendalam ketika terpisahkan dari kekasihnya dalam tempo yang dan dipisahkan oleh tempat yang berjauhan sekali. 

Pada ahlu dunia, jika suami isteri terpisahkan ruang waktu dan tempat. Waktu yang begitu lama memisahkan mereka, tentunya kerinduan lebih menimpa mereka. Begitu pula bila jauh tempatnya, satu di ujung dunia sana yang satunya di ujung dunia sini.

Kerinduan itu sangat menghampiri dia artinya kuat sekali kerinduan tersebut dan cinta ingin bertemu dan berjumpa dengan kekasihnya tetapi dia tidak punya sebab / jalan untuk melakukan itu. Akhirnya apa boleh buat ...

Jarak memisahkan mereka ...
Waktu menjauhkan diantara keduanya ...
Apa yang bisa dia lakukan ???
Hanya kerinduan itu yang menghampiri dirinya dan memisahkan mereka. Ini terpisah kan jarak dan waktu yang lama.

Setelah sekian lama, datanglah hamba Allah (suaminya) ini. Setelah lama dia ghaib dari isterinya dan setelah itu hubungan menyambung. Ma'ruf seperti apa dahsyatnya pada ahlu dunia. 

Terlebih ini, bayangkan ...
Berapa jarak dan berapa lama antara si mukmin setelah dia meninggal. (Setelah dia hidup saja sudah terpisahkan sekian lama) dari wanita surga. Kemudian setelah dia meninggal ... ?
Berapa lama sampai hari kiamat ... ?
Berapa rindunya wanita surga menunggu dia, dia pun begitu rindu menunggu isteri-isteri dia  di dalam surga.

Lalu Ibnul Qayyim rahimahullah berkata :
"Apa kamu mencela atau apa pantas kamu mencela dan menyalahkan kalau si suami (di dunia) kemudian tersibukkan dengan isterinya. Tidak, demi Allah, tidak pantas kamu menyalahkan dia. Tidak bisa."

Artinya, setelah sekian lama terpisahkan, apa iya ada orang yang menyalahkan, misalnya :... ada apa kamu pulang,... lama sekali kamu di rumah,... ma'ruf tentunya sedang apa ...

Orang tidak akan menyalahkan si suami maupun si isteri. Kalaupun mungkin dia seharian penuh tidak keluar tentu ma'ruf.

Di dunia saja, orang tidak akan mencela atau menyalahkan karena adanya kerinduan yang dalam pada keduanya.

Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah :
"Ya Allah, aku memohon ampunan-Mu karena pena kami telah melewati batas. Ya Allah, ampuni aku dari yang melampaui batas ini."

Artinya karena beliau menjelaskan secara panjang lebar dan jauh tentang sifat-sifat wanita surga dan bukan hanya itu, tapi rinciannya seperti apa  yang telah kita lalui pada kajian-kajian yang lalu. Tapi perlu dijelaskan karena itu ada dalam ayat al Qur'an, hadits dan atsar para salafush shaleh. 

Hanya saja karena beliau tentunya adalah orang yang tawadhu dan takut kepada Allah khawatir kalau itu melampaui batas dalam menjelaskan.

Adapun telapak kaki mereka dari perak yang diatasnya dua betis yang indah. Adapun betis mereka itu seperti gading dan dia terlihat dari luar tulangnya dan jelas dengan kasat mata. Adapun wewangian mereka bagaikan misk. Misik itu adalah wewangian paling mahal yang ada di dunia. Dan terbatas keberadaannya karena sulitnya proses pembuatannya dan belum tentu berhasil. Mereka sebutkan dari binatang rusa dan tidak semua jenis rusa. Dan rusa tersebut harus dicapekkan/dikagetkan/disuruh lari yang sedemikian rupa sekian lama kemudian terjadi pendarahan di dalam tubuhnya (antara paha dan betisnya) dan menggumpal darah di kaki rusa. Gumpalan ini yang kemudian diambil, lalu diolah sampai menjadi minyak misik dari darah rusa. Dan jangan engkau tanya harganya. Wanginya luar biasa. Aroma wewangian wanita surga adalah misik. Adapun jasad mereka sangat halus bahkan lebih halus dari kain sutera. Warnanya seperti permata dan mutiara. Artinya, kata Imam Hasan al Basri rahimahullah bersih bagaikan permata dan putih bagaikan mutiara. Itu yang Allah sebutkan dalam al Qur'an surat ar Rahman ayat 58  :

Kaannahul yaquutu wal marjan
"Seakan-akan mereka seperti mutiara dan permata."

Adapun pembicaraan mereka menawan akal. Seakan akal pikiran orang yang mendengarkan akan tertawan karena kemerduan suara yang keluar dari mereka dan itu jauh lebih menawan/ merdi dari suara tali yang ada di gitar dan tongkatnya. Kalau di arab namanya gambus. Ada talinya dan ditarik, tentunya akan bunyi. Walhasil, artinya kalau di dunia tentunya yang bermaksiat kepada Allah merasa terhibur/tertawan pikiran mereka ketika mendengar merdunya suara gitar, indahnya suara alat musik yang dia dengar. Dan tentunya tidak ada apa-apanya dibandingkan merdunya suara wanita surga. Jauh lebih menawan dan merdu ketika didengarkan oleh para suami mereka.

Disebutkan oleh orang-orang arab "arub" jama'nya "urub". Dan itu Allah sebutkan dalam al Qur;an :

Inna ansya'na insya'a, faja'alnahunna abkaara. Uruban atraban.

"Kami ciptakan mereka (wanita surga), kami jadikan mereka gadis (tidak akan hilang kegadisannya). 

Uruban (jama' dari arub). Ibnul Qayyim sebutkan bentuk mufradnya. Dia membuat suaminya semakin cinta dan senang kepadanya, karena dia taat kepada suaminya, sangat melayani dan memuaskan suaminya pada setiap waktu di surga. Artinya kata asy Syaikh bin 'Isa rahimahullah wanita surga terkumpul padanya dua sifat :
1. Keindahan dan kemolekan tubuhnya. Dan ini adalah arub. Sebagaimana Allah menyebutkan dalam al Qur'an : "'uruban". Tubuhnya sudah luar biasa yang sangat disenangi dan diidam-idamkan oleh setiap lelaki. Ini pada jasadnya. Plus dia sangat taat, melayani dan membuat puas dan senang suaminya. Perempuan seperti itu siapa yang tidak mencari. Lelaki mana yang tidak menginginkan. Kecantikannya, tubuhnya disebutkan seperti tadi (lebih halus dari sutera, suaranya merdua, putih sekali kulitnya, indah dan seterusnya, bentuk tubuhnya yang sangat ideal dan disenangi oleh lelaki) plus dia taat dan menyenangkan suaminya dan melayani suaminya setiap saat. Tidak ada henti hentinya. Kedua-duanya. Tubuhnya tidak ada kekurangannya, tidak sebagaimana wanita dunia yang mau tidak mau dimakan usia (mulai keriput, mulai kendor, memutih rambutnya dan sebagainya). Atau kalau wanita dunianya masya Allah, tapi terkadang bahkan seringnya mentaati dan membuat senang suaminya, puas suami nya tapi terkadang keluar syaithannya. Keluar ucapan-ucapan dia dan perbuatan-perbuatannya yang membuat jengkel dan kesal suaminya. Tidak demikian halnya dengan wanita surga. Setiap waktu kedua-duanya, ciptaannya sempurna dan sifat serta kelebihan dia untuk khidmat menyenangkan suaminya adalah selalu dan terus menerus.
Berkata Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, dan mereka wanita surga yang selalu bertambah dalam gerakannya dan daya dia baik itu kedua mata dan kedua telinganya. Artinya sifat kemanjaan yang tentunya lebih disenangi oleh seorang suami pada diri mereka. Gerakan mata yang menunjukkan cintanya, kerinduan kepada suami. Demikian pula telinganya menandakan dia sangat senang dan sangat berharap dan cinta kepada suaminya. Lutfan dari latiif artinya gerak gerik dia penuh dengan kelembutan  sentuhannya (terkait berhubungan dengan suaminya) dan baiknya taba'ulnya (bermakna jima') artinya gerakan dan yang lainnya sangat pandai dan lihai  dan itu menambah kesenangan dan kepuasan suaminya kepada dirinya. Dan juga suara merdu yang diucapkan/disuarakan. Kalau pada wanita dunia suara manja yang kalau lelaki mendengarnya pasti itu menimbulkan syahwatnya, menambah cinta dan kasih sayangnya. Karena itulah suara semacam itu dilarang pada mukminah dunia untuk dia suarakan kepada selain suaminya. Bahkan yang lebih dari itu tidak boleh.

Sebagaimana firman Allah :

"Jangan kemudian dia merendahkan suaranya karena akan berambisi pada si wanita orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (syahwat yang dimaksud/syahwat haram yang senang dengan maksiat)"

Tergoda karena mendengar suara wanita yang direkayasa sedemikian rupa layaknya orang merayu walaupun bahasa yang dipakai bahasa biasa namun dilekak lekuk sedemikian rupa. Ini namanya "taghannuj". Bahkan lebih dari itu.

Tentunya dalam hubungan suami isteri ketika jima dan itu yang dihalalkan oleh Allah di dalam ayat ketika Allah katakan "rafats". Rafats jelek. Dilarang ketika haji, berpuasa. 

"Fa man faradha fiihinal hajj rafatsa wala fusuuka wala jidal fil hajj"

Rafats (berbicara syawat terkait wanita). Tapi itu terkait suami isteri dan di luar ibadah Allah katakan :

"Uhilla lakum zainatu

'Ulama beristimbath : "Ini kurang baik kalau kemudian terkait mu'assyarah jauziyah (hubungan suami isteri) keduanya diam. Tidak ada suara, pembicaraan dan cumbu rayu, kata-kata mesra diantara kedunya".

Karena ini Allah halalkan. Sebagaimana Allah sebutkan dalam al Qur;an :

Uhilla lakum lailatan shiyamu rafatsu ilaa nisaa ikum.

Sehingga menjadi kritikan para ulama pula kalau seorang suami ketika berhubungan dengan isterinya (maaf, layaknya binatang). Kalau binatang kamu lihat kapan dia mau, kalau dia jantan langsung dia naiki betina nya. Artinya ada sunnah, syariat mengajarkan lebih mulia dari itu. Adanya muqaddimah (pengantar untuk jima' seperti rayuan,  dan seterusnya dan inilah yang dinamakan taghannuj). Adapun karena inilah wanita surga dikatakan husna taba'ulin nutfan. Gerakannya begitu indah dan menawan bagi suaminya. Husna taba'ul dalam hubungannya dengan suaminya. Gerakannya. Dan taghannuj, suara-suara merdu, mesra dan manjanya. Dan semua itu pengantar agar mereka siap melakukan itu dan syahwatpun memuncak. Walhasil, muqadimah yang 'Aisyah radhiyallahu 'anha juga sebutkan Rasulullah shallalahu shallallahu 'alaihi wa  sallam kadang demikian, mencium beliau (radhiyallahu 'anha). Adanya muqaddimah dan termasuk rafats' tadi (pembicaraan antara suami isteri, cumbu rayu diantara mereka, perinciannya ma'ruf kalau itu suami isteri).
Tentunya taghannuj ini jauh dari wanita dunia. 

Dan tahabbub (segala ucapan dan perbuatan yang menambah cinta si suami kepada mereka). Kata-katanya, suaranya, khidmatnya, pelayanannya, kepada suaminya dimana akan menambah cinta suami kepada mereka.

Itulah keindahan dan kebagusan/kemanisan dan keduanya mengharuskan pemutlakan lafadz ini. Artinya disebutkan tadi sangat bagus, sempurna ciptaannya, sempurna pada akhlaq dan sifatnya, khidmatnya kepada suaminya. Sebelum dia bersuara dengan suara yang begitu merdu dan menawan/menyenangkan, ciptaannya pun sudah menyenangkan sang suami.

Ibarat kalau itu di dunia, kecantikan isteri dan tubuhnya yang bagus (perinciannya telah lalu) itu sendiri telah sangat membuat menawan dan senang suaminya. Belum dia bicara. Apalagi dengan bicaranya , gayanya yang manja dan merdu suaranya.

Dia yang pertama dan dia yang kedua. Artinya kata asy Syaikh Shaleh al Fawzan :" akhir dari kisah hubungan mereka berdua di surga itu sama seperti awalnya".

Gampangannya seperti ini, untuk membedakan dengan di dunia. 

Kalau di dunia awalnya khan sangat menggebu dan senang sekali (segala-galanya) tapi akhirnya selesai.
Awalnya dia melihat sesuatu yang sangat manis dan lezat tapi pada akhirnya tawar. Selesai

Tapi di surga tidak demikian. Yang terakhir itu sama seperti awalnya.  
26.40

ولقد تولت بعد عن أصحابها*** فالسعد منها حل بالدبران
لا يرتجي منها الوفاء لصبها*** أين الوفا من غادر خوان
طبعت على كدر فكيف ينالها***صفو أهذا قط في  الامكان
ياعاشق الدنيا تأهب للذي*** قد ناله العشاق كل زمان
أو ماسمعت بل رأيت مصارع الـ*** ـعشاق من شيب ومن شبان

فصل
في صفة الجنة لتي أعدها الله ذو الفضل والمنة
لأوليائه المتمسكين بالكتاب والسنة

فاسم اذا أوصافها وصفات ها***تيك المنازل ربة الاحسان
هي جنة طابت وطاب نعيمها***فنعيمها باق وليس بفان
دار السلام وجنة المأوى ومنـ***ـزل عسكر الايمان والقرآن
فالدار دار سلامة وخطابهم*** فيها سلام واسم ذي الغفران

فصل
في عدد درجات الجنة وما بين كل درجتين

درجاتها مائة وما بين اثنتيـ***ـن فذاك في التحقيق للحسبان
مثل الذي بين السماء و بين هذي***الأرض قول الصاق والبرهان
لكن عاليها هو الفردوس مسـ***ـقوف بعرش الخالق الرحمن
وسط الجنان وعلوها فلذاك كا***نت قبة من أحسن البنيان
منه تفجر سائر الأنهار فالـ***ـينبوع منه نازل بجنان


فصل
 في أبواب الجنة

أبوابها حق ثمانية أتت*** في النص وهي لصاحب الاحسان
باب الجهاد  وذاك أعلاها وبا***ب الصوم يدعي الباب بالريان
ولكل سعي صالح باب ورب*** السعي منه داخل بأمان
ولسوف يدعى المرء من أبوابها*** جميعا إذا وفى حلى الايمان
منهم أبو بكر الصديق ذا*** ك خليفة المبعوث بالقرآن


فصل
في مقدار ما بين الباب والباب منه

سبعون عاما بين كل اثنين منـ***ـها قدّرت بالعد والحسبان
هذا حديث لقيط المعروف بالـ***ـخبر الطويل وذا عظيم الشان
وعليه كل جلالة ومهابة*** ولكم حواه بعد من عرفان

فصل
في مقدار ما بين مصراعي الباب

لكن بينهما مسيرة أربعيـ***ـن رواه حبر الامة الشيباني
في مسند بالرفع وهو لمسلم*** وقف كمرفوع بوجه ثان
ولقد روى تقديره بثلاثة الـ***أيام لكن عند ذي العرفان
أعني البخاري الرضي وهو منكر***وحديث رواية ذو نكران

فصل
في مفتاح باب الجنة

هذا وفتح الباب ليس بممكن*** الا بنفتاح على أسنان
مفتاحه بشهادة الاخلاص والتو***حيد تلك شهادة الايمان
أسنانه الأعمال وهي شرائع الـ***إسلام والمفتاح بالأسنان
لا تلغين هذا المثال فكم به*** من حل أشكال لذي العرفان

فصل
في منشور الجنة الذي يوقع به لصاحبها

هذا ومن يدخل فليس بداخل*** الا بتوقيع من الرحمن
وكذاك يكتب للفتى لدخوله*** من قبل توقيعانمشهوران
إحداهما بعد الممات وعرض أر***اح العباد به على الديان
فيقول رب العرش جا جلاله*** للكاتبين وهم أولو الديوان
ذا الاسم في الديوان يكتب ذاك ديـ***ـوان الجنان مجاور المنان
ديوان عليين أصحاب القرآ***ن وسنة المبعوث بالقرآن
فإذا انتهى للجسر يوم الحشر يعـ***ـطى للدخول اذا كتاب ثان
عنوانه هذا الكتاب من عزيـ***ـز راحم لفلان ابن فلان
فدعوه يدخل جنة المأوى التي ار***تفعت ولكن لقطوف دوان
هذا وقد كتب اسمه مذ كان في الـ***أرحام قبل ولادة الانسان
بل قبل ذلك هو وقت القبضتيـ***ـن كلاهما للعدل والاحسان
سبحان ذي الجبروت والملكوت والـ*** إجلال والاكرام والسبحان
والله أكبر عالم الأسرار والـ***إعلان واللحظات بالأجفان
والحمد لله السميع لسائر الـ***أصوات من سر ومن إعلان
وهو الموحد والمسبح والممجـ***ـد والحميد ومنزل القرآن
والأمر من قبل ومن بعد له*** سبحانك اللهم ذا السلطان


فصل
في صفوف أهل الجنة

هذا وان صفوفهم عشرون مع*** مائة وهذي الأمة الثلثان
يرويه عنه بريدة إسناده*** سرط الصحيح بمسند الشيباني
وله شواهد من حديث أبي هريـ***ـرة وابن مسعود وحبر زمان
أعني ابن عباس وفي إسناده*** رجل ضعيف غير ذي اتقان
ولقد أتانا في الصحيح بأنهم ***شطر وما اللفظان مختلفان
إذ قال أرجو تكونوا شطرهم*** هذا رجاء منه للرحمن
أعطاه رب العرش ما يرجو وزا***د من العطاء فعال ذي الاحسان


فصل
في صفة أول زمرة تدخل الجنة

هذا وأول زمرة فوجوههم*** كالبدر ليل الست بعد ثمان
السابقون هم وقد كانوا هنا*** أيضا أولي سبق الى الاحسان


فصل
في صفة الزمرة الثانية

والزمرة الأخرلا كأضواء كوكب*** في الأفق تنظره به العينان
أمشاطهم ذهب ورشحهم فمسـ***ـك خالص يا ذلة الحرمان


فصل
في تفاضل أهل الجنة في الدرجات العلى

ويرى الذين بذيلها من فوقهم*** مثل الكواكب رؤية بعيان
ما ذاك مختصا برسل الله بل*** لهم وللصديق ذي الايمان


فصل
في ذكر أعلى أهل الجنة منزلة وأدناهم

هذا وأعلاهم فناظر ربه*** في كل يوم وقته الطرفان
لكن أدناهم وما فيهم دني*** إذ ليس في الجنات من نقصان
فهو الذي تلقى مسافة ملكه*** بسنيننا ألفان كاملتان
فيرى بها أقصاه حقا مثل رؤ***يته لأدناه القريب الداني
أو ماسمعت بأن آخر أهلها*** يعطيه رب لعرش ذو الغفران
أضعاف دنيانا جميعا عشر أمـ***ـثال لها سبحان ذي الاحسان


فصل
في ذكر سن اهل الجنة

هذا وسنهم ثلاث مع ثلا***ثين التي هي قوة الشبان
وصغيرهم وكبيرهم في ذا على*** حد سواء ما سوى الولدان
ولقد روى الخدري أيضا أنهم*** أبناء عشر بعدها عشران
وكلاهما في الترمذي وليس ذا*** بتناقض بل ها هنا أمران
حذف الثلاث ونيف بعد العقو***د وذكر ذلك عندهم سيان
عند اتساع في الكلام فعندما*** يأتوا بتحرير فبالميزان


فصل
في طول قامات أهل الجنة وعرضهم

والطول طول أبيهم ستون لـ***ـكن عرضهم سبع بلا نقصان
الطول صح بغير شك في الصحيـ***ـحين اللذين هما لنا شمسان
والعرض لم نعرفه في احداهما*** لكن رواه أحمد الشيباني
هذا ولا يخفى التناسب بين هـ***ـذا العرض والطول البديع الشان
كل على مقدرا صاحبه وذا*** تقدير متقن صنعة الانسان   

فصل
في لحاهم وألوانهم

ألوانهم بيض وليس لهم لحى*** جعد الشعور مكحّلوا الأجفان
هذا كمال الحسن في أبشارهم*** وشعورهم وكذلك العينان

فصل
في لسان أهل الجنة

ولقد أتى أثر بأن لسانهم*** بالمنطق العربي خير لسان
لكنّ في اسناده نظرا ففيـ***ـه راويان وما هما ثبتان
أعني العلاء هو ابن عمرو ثم يحـ***ـيى الأشعري وذان مغموزان


فصل
في ريح أهل الجنة من مسيرة كم يوجد

والريح يوجد من مسيرة أربعيـ***ـن وإن تشأ مائة فمرويان
وكذا روى سبعين أيضا صح هـ***ـذا كله وأتى به اثران
ما في رجالهما لنا من مطعن*** والجمع بين الكل ذو إمكان
وقد أتى تقديره مائة بخمـ***ـس ضربها من غير ما نقصان
إن صح هذا فهو أيضا والذي*** من قلبه في غاية الامكان
أما بحسب المدركين لريحها*** قربا وبعدا ما هما سيّان
أو باختلاف قرارها وعلوّها*** أيضا وذلك اضح التبيان
أو باختلاف السير أيضا فهو أنـ***ـواع بقدر إطاقة الانسان
ما بين ألفاظ الرسول تناقض*** بل ذلك في الأفهام والأذهان


فصل
في أسبق الناس دخولا الى الجنة

ونظير هذا سبق أهل الفقر للـ***ـجنات في تقديره أثران
مائة بخمس ضربها أو أربعيـ***ـن كلاهما في ذاك محفوظان
فأبو هريرة قد روى أولاهما*** وروى لنا الثاني صحابيان
هذا بحسب تفاوت الفقراء في أسـ***ـتحقاق سبقهم الى الاحسان
أو ذا بحسب تفاوت في الأغنيا***ء كلاهما لا شك موجودان
هذا وأولهم دخولا خير خلـ***ـق الله من قد خصّ بالقرآن
والأنبياء على مراتبهم من التـ***ـفضيل تلك مواهب المنان
هذا وأمة أحمد سباق با***قي الخلق عند دخولهم بجنان
وأحقهم بالسبق أسبقهم الى الـ***إسلام والتصديق بالقرآن
وكذا أبو بكر هو الصديق أسـ***ـبقهم دخولا قول عند ذي البرهان


وروى ابن ماجه أن أولهم يصا***فحه اله العرش ذو الاحشان
ويكون أولهم دخولا جنة الـ***ـفردوس ذلك قامع الكفران
فاروق دين الله ناصر قوله*** ورسوله وشرائع الايمان
لكنه أثر ضعيف فيه مجـ***ـروح يسمى خالدا ببيان
لو صلح كان عمومه المخصوص بالصـ***ـديق قطعا غير ذي نكران
هذا وأولهم دخولا فهو حمـ***ـاد على الحلالات للرحمن
إن  كان في السراء أصبح حامدا*** أو كان في الضرا فحمد ثان
هذا الذي هو عارف بإلهه*** وصفائه وكماله الرباني
وكذا الشهيد فسبقه متيقن*** وهو الجدير بذلك الاحسان
وكذلك الملوك حين يقوم بالـ***ـحقين سباق بغير توان
وكذا فقير ذو عيال ليس بالـ***ـملحاح بل ذو عفة وصيان


فصل
في عدد  الجنات وأجناسها

والجنة اسم الجنس وهي كثيرة*** جدا ولكن أصلها نوعان
ذهبيتان بكل ما حوتاه من*** حلى وآنية ومن بنيان
وكذاك أيضا ففضة ثنتان من*** حلى وبنيان وكل أوان
لكن دار الخلد والمأوى وعد***ن والسلام اضافة لمعان
أوصافها استدعت اضفتها اليـ***ـها مدحة مع غاية التبيان
لكنما الفردوس أعلاها وأو***سطها مساكن صفوة الرحمن
أعلاه منزلة لأعلى الخلق منـ***ـزلة هو المبعوث بالقرآن
وهي الوسيلة وهي أعلى رتبة*** خلصت له فضلا من الرحمن


ولقد أتى في سورة الرحمن تفـ***ـضيل الجنان مفصلا ببيان
هي أربع ثنتان فاضلتان ثم*** يليهما ثنتان مفضولان
فالأوليان الفضليان لأوجه*** عشر ويعسر نظمها بوزان
واذا تأملت السياق وجدتها*** فيه تلوح لمن له عينان


سبحان من غرست يداه جنة الـ***فردوس عند تكامل البنيان
ويداه أيضا أتقنت لبنائها*** فتبارك الرحمن أعظم بان
هي في الجنان كآدم وكلاهما*** تفضيله من أجل هذا الشان
لكنما الجهميّ ليس لديه من*** ذا الفضل شيء فهو ذو نكران
ولد عقوق عق والده ولم*** يثبت بذا فضلا على شيطان
فكلاهما تأثير قدرته وتأ***ثير المشيئة ليس ثم يدان
آلاهما أو نعمتاه وخلقه*** كل بنعمة ربه المنان


لما قضى رب العباد العرش  قا***ل تكلمي فتكلمت ببيان
قد أفلح العبد الذي هو مؤمن*** ماذا ادّخرت له من الاحسان
ولقد روى حقا أبو الدرداء ذا***ك عويمر أثرا عظيم الشان
يهتز قلب العبد عند سماعه*** طربا بقدر حلاوة الايمان
ما مثله أبدا يقال برأيه*** أو كان يا أهلا بذا العرفان
فيه النزول ثلاث ساعات فاحـ***ـداهن ينظر في الكتاب الثاني
يمحو ويثبت ما يشاء بحكمة*** وبعزة وبرحمة وحنان
فترى الفتى يمسي على حال ويصـ***ـبح في سواها ما هما مثلان
هو نائم واموره قد دبرت*** ليلا ولا يدري بذاك الشان
والساعة الأخرى الى عدن مسا*** كن أهله هم صفوة الرحمن
الرسل ثم الأنبياء ومعهم الصـ***ـديق حسب فلا تكن بجبان
فيها  الذي والله لا عين رأت*** كلا ولا سمعت به الأذنان
كلا ولا قلب به خطر المثا***ل له تعالى الله ذو السلطان
والساعة الأخرى الى هذي السما***ء يقول هل من تائب ندمان
أو داع أو مستغفر أو سائل*** أعطيه اني واسع الاحسان
حتى يصلي الفجر يشهدها مع الـ***أملاك تلك شهادة القرآن
هذا الحديث بطوله وسياقه*** وتمامه في سنة الطبراني


فصل
في بناء الجنة

وبناؤها اللبنات من ذهب*** وأخرى فضة نوعان محتلفان
وقصورها من لؤلؤ وزبرجد*** أو فضة أو خالص العيقان
وكذاك من در وياقوت به*** نظم الناء بغاية الاتقان
والطين مسك خالص أو زعفرا***ن جابذا أثران مقبولان
ليسا بمختلفين لا تنكرهما*** فهما الملاط لذلك البنيان


فصل
في أرضها وحصبائها وتربها


والأرض مرمرة مخالص فضة*** مثل المرات تناله العينان
في مسلم تشبيهها بالدرمك الصـ***ـافي وبالمسك العظيم الشان
هذا لحسن اللون لكن ذا لطيـ**ـب الريح صار هناك تشبيهان
حصباؤها در وياقوت كذا***ك لآلىء نثرت كنثر جمان
وترابها من زعفران أو من المـ***ـسك الذي ما استلّ من غزلان


فصل
في صفة غرفاتها

غرفاتها في الجو ينظر بطنها *** من ظهرها والظهر من بطنان
سكانها أهل القيام مع الصيا***م وطيب الكلمات والاحسان
ثنتان خالص حقه سبحانه***وعبيده أيضا لهم ثنتان


فصل
في خيام اهل الجنة

للعبد فيها خيمة من لؤلؤ*** قد جوفت هي صنعة الرحمن
ستون ميلا طولها في الجو في*** كل الزوايا أجمل النسوان
يغشى الجميع فلا يشاهد بعضهم*** بعضا وهذا لاتساع مكان
فيها مقاصير بها الأبواب من*** ذهب ودر زين بالمرجان
وخيامها منصوبة برياضها*** وشواطئ الأنهار ذي الجريان
ما في الخيام سوى التي لو قابلت*** للنيرين لقلت منكسفان
له هاتيك الخيام فكم بها*** للقلب من علق ومن أشجان
فيهن حور قاصرات الطرف خيـ***ـرات حسان من خير حسان
خيرات أخلاق حسان أوجها*** فالحسن والاحسان متفقان


فصل
في أرائكها وسررها

فيها الأرائك وهي من سرر عليـ***ـهن الحجال كثيرة الألوان
لا تستحق اسم الأرائك دون ها***تيك الحجال وذاك وضع لسان
بشخنانة يدعونها بلسان فا***رس وهو ظهر البيت ذي الأركان


فصل
في أشجارها وثمارها وظلالها


أشجارها نوعان منها ما له *** في هذه الدنيا مثال ذان
كالسدر أصل النبق مخضود مكا***ن الشوك من ثمر ذوي ألوان
هذا وظل السدر من خير الظلا***ل ونفعه الترويح للأبدان
وثماره أيضا ذوات منافع*** من بعضها تفريح ذي الأحزان
والطلح وهو الموز منضود كما*** نضدت يد باصابع وبنان
أو أنه شجر البوادي موقرا*** حملا مكان الشوك في الأغصان
وكذلك الرمان والأعناب التي منها القطوف دوان


هذا ونوع ما له في هذه الد***نيا نظير كي يرى بعيان
يكفي من التعجاج قول الهنا*** من كل فاكهة بها زوجان
وأتوا به متشابها في اللون مخـ***ـتلف الطعوم فذاك ذو ألوان
أو أنه متشابه في الاسم مخـ***ـتلف الجعوم فذاك قول ثان
أو انه وسط خيار كله*** فالفحل منه ليس ذا ثنيان
أو أنه لثمارنا ذي مشبه*** في اسم ولون ليس يختلفان
لكن لبهجتها ولذة طعمها*** أمر سوى هذا الذي تجدان
فيلذها في الأكل عند منالها*** وتلذها من قبله العينان
قال ابن عباس وما بالجنة الـ***ـعليا سوى أسماء ما تريان
يعني الحقائق لا تماثل هذه*** وكلاهما في الاسم متفقان


يا طيب هاتيك الثمار وغرسها*** في المسك ذاب الترب للبستان
وكذلك الماء الذي يسقى به*** ياطيب ذاك الورد للظوآن
وإذا تناولت المار أتت نظيـ***ـرتها فحلت دونها بمكان
لم تنقطع أبدا ولم ترقب نزو***ل الشمس من حمل الى ميزان
وكذاك لم تمنع ولم تحنج الى*** أن ترتقي للقنو في العيدان
بل ذللت القطوف فكيف ما***شئت انتزعت بأسهل الامكان
ولقد أتى أثر بأن الساق من*** ذهب رواه الترمذي ببيان
قال ابن عباس وهاتيك الجذو***ع زمرد من أحسن الألوان
ومقطعاتهم من الكرم الذي***فيها ومن سعة من العقيان
وثمارها ما فيه من عجم كأمـ***ـثال القلال فجلّ ذو الاحسان
وظلالها معدودة ليست تقي*** حرا ولا شمسا وأنى ذان
أو ما سمعت بظل أصل واحد*** فيه يسير الراكب العجلان
مائة سنين قدرت لا تنقضي*** هذا العظيم الأصل والأفنان
ولقد روى الخدري أيضا أن طو***بى قدريها مائة بلا نقصان
تتفتح الأكمام فيها عن لبا***سهم بما شاءوا من الألوان


فصل
في سماع أهل الجنة

قال ابن عباس ويرسل ربنا*** ريحا تهز ذوائب الأغصان
فتثير أصواتا تلذ لمسمع الا***نسان كالنغمات بالأوزان
يا لذة الأسماع لا تتعوضي*** بلذاذة الأوتار والعيدان
أو ما سمعت سماعهم فيها غنا***ء الحور بالأصوات والألحان
واها لذيّاك السماع فإنه*** ملئت به الأذنان بالاحسان
واها لذيّاك السماع وطيبه*** من مثل أقمار على أغصان
واها لذيّاك السماع فكم به*** للقلب من طرب ومن أشجان
واها لذيّاك السماع ولم أقل*** ذيّاك تصغيرا له بلسان
ما ظن سامعه بصوت أطيب الـ*** أصوات من حور الجنان حسان
نحن النواعم والخوالد خيرا***ت كاملات الحسن والاحسان
لسنا نموت ولا نخاف وما لنا*** سخط ولا ضغن من الأضغان
طوبى لمن كنا له وكذاك طو***بى للذي هو حظنا لفظان
في ذاك آثار روين وذكرها*** في الترمذي ومعجم الطبراني
ورواه يحيى شيخ الأوزاعي تفـ***ـسيرا للفظة يحبرون أغان


نزه سماعك إن أردت سماع ذيـ***ـاك الغناء عن هذه الألحان
لا تؤثر الأدنى على الأعلى فتحـ***ـرم ذا وذا يا ذلة الحرمان
إن اختيارك للسماع النازل الـ***أدنى على الأعلى من النقصان
والله أن سماعهم في القلب والـ***إيمان مثل السم في الأبدان
والله ما انفك الذي هو دأبه*** أبدا من الاشراك بالرحمن
فلقلب بيت الرب جل جلاله*** حبا واخلاصا مع الاحسان
فإذا تعلق بالسماع اصاره*** عبدا لكل فلانة وفلان
حب الكتاب وحب ألحان الغنا*** في قلب عبد ليس يجتمعان
ثقل الكتاب عليهملما رأوا*** تقييده بشرائع الايمان
واللهو خف عليهم ولما رأوا*** ما فيه من طرب ومن ألحان
قوت النفوس وانما القرآن قو***ت القلب أنى يستوي القوتان
ولذا تراه حظ ذي النقصان كالـ***ـجهال والصبيان والنسوان
وألذهم فيه أقلهم من العقل*** الصحيح فسل أخا العرفان
يا لذة الفساق لست كلذة الـ***أبرار في عقل ولا قرآن


فصل
في انهار الجنة

أنهارها في غير أخدود جرت*** سبحان ممسكها عن الفيضان
من تحتهم تجري كما شاءوا مفجـ***ـرة وما للنهر من نقصان
عسل مصفى ثم ماء ثم  خمـ***ـر  ثم أنهار من الألبان
والله ما تلك المواد كهذه*** لكن هما في اللفظ مجتمعان
هذا وبينهما يسير تشابه*** وهو اشتراك قام بالأذهان

فصل
في طعام أهل الجنة

وطعامهم ما تشتهيه نفوسهم*** ولحوم طير ناعم وسمان
وفواكه شتى بحسب مناهم*** يا شبعة كملت لذي الايمان
لحم وخمر والنسا وفواكه*** والطيب مع روح ومع ريحان
وصحافهم ذهب تطوف عليهم*** بأكف خدام من الولدان
وانظر الى جعل اللذاذة للعيو***ن وشهوة للنفس في القرآن
للعين منها لذة تدعو الى*** شهواتها بالنفس والأمران
سبب التناول وهو يوجب لذة*** أخرى سوى ما نالت العينان


فصل في شرابهم

يسقون فيها من رحيق ختمه*** بالمسك أوله كمثله الثاني
مع خمرة لذت لشاربها بلا*** غول ولا داء ولا نقصان
والخمر في الدنيا فهذا وصفها*** تغتال عقل الشارب السكران
وبها من الأدواء ما هي أهله*** ويخاف من عدم لذي الوجدان
فنفى لنا الرحمن أجمعها عن الـ***ـخمر التي في جنة الحيوان
وشرابهم من سلسبيل مزجه الـ***ـكافور ذاك شراب ذي الاحسان
هذا شرب أولي اليمين ولكن الـ***أبرار شربهم المقرب خيرة الرحمن
صفى المقرب سعيه فصفا له*** ذاك الشراب  فتلك تصفيتان
لكن أصحاب اليمين فأهل مز***ج بالمباح وليس بالعصيان
مزج الشراب لهم كما مزجوا*** هم الأعمال ذاك المزج بالميزان
هذا وذو التخليط مزجا أمره*** والحكم فيه لربه الديان


فصل
في مصرف طعامهم وشرابهم وهضمه

هذا وتصريف المآكل منهم*** عرق يفيض لهم من الأبدان
كروائح المسك الذي ما فيه خلـ***ـط غيره من سائر الألوان
فتعود هانيك البطون ضوامرا*** تبغي الطعام على مدى الأزمان
لا غائط فيها ولا بول ولا*** مخط ولا بصق من الانسان
ولهم جشاء ريحه مسك يكو***ن به تمام الهم بالاحسان
هذا وهذا صح عنه فواحد*** في مسلم ولأحمد الأثران



فصل
في لباس أهل الجنة

وهم الملوك على الأسرة فوق ها***تيك الرؤوس مرصع التيجان
ولباسهم من سندس خضر ومن*** استبرق نوعان معروفان
ما ذلك من دود بنى من فوقه*** تلك البيوت وعاد ذا الطيران
كلا ولا نسجت على المنوال نسـ***ـج ثيابنا بالقطن والكتان
لكنها حلل تشق ثمارها*** عنها رأيت شقائق النعمان
بيض وخضر ثم صفر ثم حمـ***ـر كالرباط بأحسن الألوان
لا تقرب الدنس المقرب للبلى*** ما للبلى فيهن من سلطان
ونصيف احداهن وهو خمارها*** ليست له الدنيا من الأثمان
سبعون من حلل عليها لا تعو***ق الطرق عن مخ ورا الساقان
لكن يراه من ورا ذا كله*** مثل الشراب لذي زجاج أوان


فصل
في فرشهم وما يتبعها

والفرش من استبرق قد بطنت*** ما ظنكم بظهارة لبطان
مرفوعة فوق الأسرة يتكئ*** هو والحبيب بخلوة وأمان
يتحدثان عن الأرائك ما ترى***حبين في الخلوات ينتجيان
هذا وكم زريبة ونمارق*** ووسائد صفت بلا حسبان


فصل
في حلى أهل الجنة

والحلى أصفى لؤلؤ وزبرجد*** وكذاك أسورة من العقيان
ما ذاك يختص الاناث وانما*** هو للاناث كذاك للذكران
التاركين لباسه في هذه الد***نيا لأجل لباسه بجنان
أو ما سمعت بأن حليتهم الى*** حيث انتهاء وضوئهم بوزان
وكذا وضوء أبي هريرة كان قد*** فازت به العضدان والساقان
وسواه أنكر ذا عليه قائلا*** ما الساق موضع حلية الانسان
ما ذاك الا موضع الكعبين والز***ـدين لا الساقان والعضدان
وكذاك أهل الفقه مختلفون في*** هذا وفيه عندكم قولان
والراجح الأقوى انتهاء وضوئنا*** للمرفقين كذلك الكعبان
هذا الذي قد حده الرحمن في الـ***ـقرآن لا تعدل عن القرآن
واحفظ حدود الرب لا تتعدها*** وكذاك لا تجنح الى النقصان
وانظر الى فعل الرسول تجده قد***أبدى المراد وجاء بالتبيان
ومن استطاع يطيل غرته فمو***قوف على الراوي هو الفوقاني
فأبو هريرة قال ذا من كيسه*** فغدا يميزه أولو العرفان
ونعيم الراوي له قد شك في*** رفع الحديث كذا روى الشيباني
وإطالة الغرات ليس ببمكن*** أبدا وذا في غاية التبيان


فصل
في صفة عرائس الجنة وحسنهن وجمالهن ولذة وصالهن ومهورهن

يا من يطوف بكعبة الحسن التي*** خفت بذاك الحجر والأركان
ويظل يسعى دائما حول الصفا*** ومحسّر مسعاه لا العلمان
ويروم قربان الوصال على منى*** والخيف يحجبه عن القربان
فلذا تراه محرما أبدا ومو***ضع حله منه فليس بدان
يبغي التمتع مفردا من حبه*** متجردا يبغي شفيع قران
فيظل بالجمرات يرمي قلبه*** هذي مناسكه بكل زمان
والناس قد قضوا مناسكهم وقد*** حثوا ركائبهم الى الأوطان
وحدت بهم همم لهم وعزائم*** نحو المنازل أول الأزمان
زفعت لهم في السير أعلام الوصا***ل فشمّروا يا خيبة الكسلان


ورأوا على بعد خياما نشرفا***ت مشرقات النور والبرهان
فتيمموا تلك الخيام فآنسوا*** فيهن أقمارا بلا نقصان
من قاصرات الطرف لا تبغى سوى**** محبوبها من سائر الشبان
قصرت عليه طرفها من حسنه*** والطرف في ذا الوجه للنسوان
أو أنها قصرت عليه طرفه*** من حسنها فالطرف للذكران
والأول المعهود من وضع الخطا***ب فلا تحدن عن ظاهر القرآن
ولربما دلت اشارته على الثـ***ـاني فتلك اشارة لمعان
هذا وليس القاصرات كمن غدت*** مقصورة فهما اذا صنفان


يا مطلق الطرف المعذب في الألى*** جردن عن حسن وعن احسان
لا تسبينّك صورة من تحتها*** الداء الدوي تبوء بالخسران
قبحت خلائقها وقبح فعلها*** شيطانه في صورة الانسان
تنقاد للأنذال والأرذال هم*** أكفاؤها من دون ذي الاحسان
ما ثم من دين ولا عقل ولا*** خلق ولا خوف من الرحمن
وجمالها زور ومصنوع فان*** تركته لم تطمح لها العينان
طبعت على ترك الحفاظ فما لها*** بوفاء حق البعل قط يدان
ان قصر الساعي عليها ساعة *** قالت وهل أوليت من احسان
أو رام تقويما لها استعصت ولم*** تقبل سوى التعويج والنقصان
أفكارها في المكر والكيد الذي***  قد حار فيه فكرة الانسان
فجمالها قشر رقيق تحته*** ما شئت من عيب ومن نقصان
نقد رديء فوقه من فضة*** شيء يظن به من الأثمان
فالناقدون يرون ماذا تحته*** والناس أكثرهم من العميان


أما جميلات الوجوه فخائنا***ت بعولهن وهن للأخدان
والحافظات الغيب منهن التي*** قد أصبحت فردا من النسوان
فانظر مصارع من يليك ومن خلا*** من قبل من شيب ومن شبان
وارغب بعقلك أن تبيع العالي الـ***ـباقي بذا الأدنى الذي هو فان
إن كان قد أعياك خود مثل ما*** تبغي ولم تظفر الى ذا الآن
فاخطب من الرحمن خودا ثم قد*** م مهرها ما دمت ذا إمكان
ذاك النكاح عليك أيسر أن يكن*** لك نسبة للعلم والايمان
والله لم تخرج الى الدنيا للذ***ة عيشها أو للحطام الفاني
لكن خرجت لكي تعد الزاد للـ***أخرى فجئت بأقبح الخسران
أهملت جمع الزاد حتى فات بل*** فات الذي ألهاك عن ذا الشان
والله لو أنّ القلوب سليمة*** لتقطعت أسفا من الحرمان
لكنها سكرى بحب حياتها الد***نيا وسوف نفيق بعد زمان


فصل

فاسمع صفات عرائس الجنات ثم اخـ***ـتر لنفسك يا أخا العرفان
حور حسان قد كملن خلائقا*** ومحاسنا من أجمل النسوان
حتى يحار الطرف في الحسن الذي*** قد ألبست فالطرف كالحيران
ويقول لما أن يشاهد حسنها*** سبحان معطي الحسن والاحسان
والطرف يشري من كؤوس جمالها*** فتراه مثل الشارب النشوان
كملت خلائقها وأكمل حسنها*** كالبدر ليل الست بعد ثمان
والشمس تجري في محاسن  وجهها** والليل تحت ذوائب الأغصان
فتراه يعجب وهو موضع ذاك من*** ليل وشمس كيف يجتمعان
فيقول سبحان الذي ذا صنعه***سبحان متقن صنعة الانسان
لا اليل يدرك شمسها فتغيب عنـ***ـد مجيئه حتى الصباح الثاني
والشمس لا تأتي بطرد الليل بل*** يتصاحبان كلاهما اخوان


وكلاهما مرآة صاحبه اذا*** ما شاء يبصر وجهه يريان
فيرى محاسن وجهه في وجها*** وترى محاسنها به بعيان
حمر الخدود ثغورهن لآلئ*** سود العيون فواتر الأجفان
والبرق يبدو حين يبسم ثغرها*** فيضيء سقف القفصر بالجدران
ولقد روينا أن برقا ساطعا*** يبدو فيسأل عنه من بجنان
فيقال هذا ضوء ثغر صاحبك*** في الجنة العليا كما تريان
لله لاثم ذلك الثغر الذي*** في لثمه إدراك كل أمان
ريانة الأعطاف من ماء الشبا***ب فغصنها بالماء ذو جريان
لما جرى ماء النعيم بغصنها*** حمل الثمار كثيرة الألوان
فالورد والتفاح والرمان في*** غصن تعالى غارس البستان


والقد منها كالقضيب اللدن في*** حسن القوام كأوسط القضبان
في مغرس كالعاج تحسب أنه*** عالي النقا أو واحد الكثبان
لا الظهر يلحقها وليس ثديها*** بلواحق للبطن أو بدوان
لكنهن كواعب ونواهد*** فثديهن كألطف الرمان
والجيد ذو طول وحسن في بيا***ض واعتدال ليس ذا نكران
يشكو الحليّ بعاده فله مدى الـ***أيام وسواس من الهجران
والمعصمان فان تشأ شبههما*** بسبيكتين عليهما كفان
كالزبد لينا في نعومة ملمس*** أصداف در دورت بوزان
والصدر متسع على بطن لها*** حفت به خصران ذا أثمان
وعليه أحسن سرة هي مجمع الـ***ـخصرين قد غارت من الأعكان
حق من العاج استدار وحوله*** حبات مسك جل ذو الاتقان


وإذا انحدرت رأيت أمرا هائلا*** ما للصفات عليه من سلطان
لا الحيض يغشاه ولا بول ولا*** شيء من الآفات في النسوان
فخذان قد جفا به حرسا له*** فجنابه في عزة وصيان
قاما بخدمته هو السلطان بيـ***ـنهما وحق طاعة السلطان
وهو المطاع أميره لا ينثني*** عنه ولا هو عنده بجبان
وجماعها فهو الشفا لصبها*** فالصبّ منه ليس بالضجران
وإذا يجامعها تعود كما أتت*** بكرا بغير دم ولا نقصان
فهو الشهي وعضوه لا ينثني*** جاء الحديث بذا بلا نكران
ولقد رأينا أن شغلهم الذي*** قد جاء في يس دون بيان
شغل العروس بعرسه من بعدما*** عبثت به الأشواق طول زمان
بالله لا تسأله عن أشغاله*** تلك اليالي شأنه ذو شان
واضرب لهم مثلا بصب غاب عن*** محبوبه في شاسع البلدان
والشوق يزعجه اليه وما له***بلقائه سبب من الامكان
وافى اليه بعد طول مغيبه*** عنه وصار الوصل ذا امكان
أتلومه ان صار ذا شغل به*** لا والذي أعطى بلا حسبان
  يا رب غفرا قد طغت أقلامنا*** يا رب معذرة من الطغيان


   فصل

أقدامها من فضة قد ركبت*** من فوقها ساقان ملتفان
والساق مثل العاج ملموم يرى*** مخ العظام وراءه بعيان
والريح مسك الجسوم نواعم*** واللون كالياقوت والمرجان
وكلاهما يسبي العقول بنغمة*** زادت على الأوتار والعيدان
وهي العروب بشكلها وبدرها*** ونحبب للزوج كل أوان
وهي التي عند الجماع تزيد في*** حركاتها للعين والأذنان
لطفا وحسن تبعل وتغنج*** وتحبب تفسير ذي العرفان
تلك الحلاوة والملاحة أوجبا*** اطلاق هذا اللفظ وضع لسان
فملاحة التصوير قبل غناجها*** هي أول وهي المحل الثاني
فإذا هما اجتمعا لصب وامق*** بلغت به اللذات كل مكان

Ta'awwun Pembangunan Asrama Putra Ponpes as Sunnah Junrejo Batu

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على رسول لله وعلى آله وصحبه اجمعين. أما بعد

Dengan berjalan nya waktu, alhamdulilah jumlah santri semakin bertambah banyak dan dengan ini menuntut kita dari panitia untuk menambah sarana dan prasarana bagi santri terutama Asrama ( untuk tempat tinggal mereka ).

Oleh karena itu kami menghimbau segenap kaum muslimin untuk ikut berdo'a dan berta'awun dalam program Pembangunan Asrama Putra Tahap 1 dari 6 Tahap yang direncanakan insyaallah.

Adapun kebutuhan anggaran tahap awal untuk pembangunan Tahap 1 Kurang Lebih sebesar Rp. 406.000.000,-

Dan juga kami mengajak kaum muslimin untuk berlomba-lomba bershadaqah jariyah dengan mengharap ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Bagi yang ingin bershadaqah jariyah dalam bentuk uang bisa ditransfer melalui:

Rekening Ta'awun Pembangunan Ponpes As-Sunnah Junrejo Batu

BCA: 8160790912
MANDIRI: 144-00-1271599-8
a/n A. Ruzano Sjofka

Dan dimohon konfirmasi setelah ada pengiriman ke Abu Abdillah Fauzan :081252258108

Bagi yang ingin bershodaqoh jariyah berupa Uang Tunai atau Material Bangunan serta RAB secara detail bisa langsung menghubungi panitia:
Abu Ammar Lutfi Bajuber 081233240961
Abu Abdillah Fauzan 081252258108
Abu Mush'ab Faishol 081334415668

Atas do'a dan ta'awun antum semua kami ucapkan Jazaakumullahu khairan wa Baarakallahu fiikum

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Mengetahui :
Asatidzah Pembina Ponpes As-sunnah :
▪Al Ustadz Usamah bin Faisol Mahri
▪Al Ustadz Ahmad Khodim
▪Al Ustadz Abdusamad Bawazir

Panitia Pembangunan Ponpes As-sunnah Junrejo Batu