Home »
Ibrah
»
Nasehat
»
Anak dan Masa Depan Umat
Anak dan Masa Depan Umat
Jumat, 07 Maret 2014
Anak adalah harapan di masa yang akan datang. Kalimat ini
seringkali kita dengar dan amat lengket di benak kita. Tak ada yang memungkiri
ucapan itu, karena memang ia sebuah kenyataan bukan hanya sekedar ungkapan
perumpamaan, benar-benar terjadi bukan sebatas khayalan belaka. Karenanya sudah
semestinya memberikan perhatian khusus dalam hal mendidiknya sehingga kelak
mereka menjadi para pengaman dan pelopor masa depan umat
Islam.
Lingkungan pertama yang berperan penting menjaga keberadaan anak
adalah keluarganya sebagai lembaga pendidikan yang paling dominan secara mutlak
lalu kemudian kedua orangtuanya dengan sifat-sifat yang lebih khusus.
Sesungguhnya anak itu adalah amanat bagi kedua orangtuanya. Di saat hatinya
masih bersih, putih, sebening kaca jika dibiasakan dengan kebaikan dan diajari
hal itu maka ia pun akan tumbuh menjadi seorang yang baik, bahagia di dunia dan
akhirat.
Sebaliknya jika dibiasakan dengan kejelekan dan hal-hal yang
buruk serta ditelantarkan bagaikan binatang, maka akan tumbuh menjadi seorang
yang berkepribadian rusak dan hancur. Kerugian mana yang lebih besar yang akan
dipikul kedua orangtua dan umat umumnya apabila meremehkan pendidikan
anak-anaknya. Berkata Ibnul Qoyyim rahimahullah, "Bila terlihat kerusakan pada
diri anak-anak, mayoritas penyebabnya adalah bersumber dari orangtuanya." Maka
Allah subhanahu wa ta'ala mengingatkan kita dengan firmanNya, "Hai orang-orang
yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang
keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS At Tahrim:
6).
Berkata Amirul Mukminin Ali radhiyallahu 'anhu, "Ajarilah diri-diri
kalian dan keluarga-keluarga kalian kebaikan dan bimbinglah mereka." Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Setiap di antara kalian adalah pemimpin
dan akan dipertanggungjawabkan, seorang imam adalah pemimpin akan dipinta
pertanggungjawabannya, seorang laki-laki pemimpin atas keluarganya dan akan
dipinta pertanggungjawabannya, seorang wanita pemimpin dalam rumah suaminya dan
ia bertanggungjawab, dan seorang budak adalah pemimpin dalam hal harta tuannya
dan ia bertanggungjawab."
Ketahuilah bahwa kalian semua adalah pemimpin
dan akan dipinta pertanggungjawabannya." (HR Bukhori dan Muslim dari sahabat
Abdullah ibnu Umar radhiyallahu 'anhu).
Dari sahabat Anas bin Malik,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah Ta'ala
akan mempertanyakan pada setiap pemimpin atas apa yang dipimpinnya, apakah ia
menjaganya ataukah menyia-nyiakannya? Hingga seseorang akan bertanya kepada
keluarganya." (HR Ibnu Hibban, Ibnu Ady dalam Al Kamil, dan Abu Nu'aim dalam Al
Hilyah dan dishohihkan oleh Al Hafizh dalam Al Fath 13/113).
Demikian pula
dalam Shohih Bukhori dan Muslim, Rosulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, "Bertaqwalah kalian kepada Allah dan berbuat adillah terhadap
anak-anakmu." Sikap adil dan kasih sayang terhadap anak adalah dengan mengajari
mereka kebaikan, para orangtua menjadikan dirinya sebagai madrasah bagi
mereka.
Keluarga, terlebih khusus kedua orangtua dan siapa saja yang
menduduki kedudukan mereka adalah unsur-unsur yang paling berpengaruh penting
dalam membangun sebuah lingkungan yang mempengaruhi kepribadian sang anak dan
menanamkan tekad yang kuat dalam hatinya sejak usia dini. Seperti Zubair bin
Awam misalnya. Ia adalah salah seorang dari pasukan berkudanya Rosulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam yang dinyatakan oleh Umar ibnul Khattab, "Satu
orang Zubair menandingi seribu orang laki-laki." Ia seorang pemuda yang kokoh
aqidahnya, terpuji akhlaqnya, tumbuh di bawah binaan ibunya Shofiyah binti Abdul
Mutholib, bibinya Rosulullah dan saudara perempuannya Hamzah. Ali bin Abi Tholib
sejak kecil menemani Rosulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bahkan dipilih
menjadi menantunya. Ia tumbuh sebagai seorang pemuda sosok teladan bagi para
pemuda seusianya di bawah didikan ibunya Fathimah binti Asad dan yang menjadi
mertuanya Khodijah binti Khuwailid. Begitu pula dengan Abdullah bin Ja'far,
seorang bangsawan Arab yang terkenal kebaikannya, di bawah bimbingan ibunya Asma
binti Umais. Orangtua mana yang tidak gembira jika anaknya tumbuh seperti Umar
ibnu Abdul Aziz. Pada usianya yang masih kecil ia menangis, kemudian ibunya
bertanya, "Apa yang membuatmu menangis?" Ia menjawab, "Aku ingat mati." - waktu
itu ia telah menghafal Al Qur'an - ibunya pun menangis mendengar penuturannya.
Berkat didikan dan penjagaan ibunya yang sholihah Sufyan Ats Tsauri menjadi
ulama besar, amirul mukminin dalam hal hadits. Saat ia masih kecil ibunya
berkata padanya, "Carilah ilmu, aku akan memenuhi kebutuhanmu dengan hasil
tenunanku." Subhanallah! Anak-anak kita rindu akan ucapan dan kasih sayang
seorang ibu yang seperti ini, seorang ibu yang pandangannya jauh ke depan.
Seorang ibu yang super arif dan bijaksana.
Para pembaca -semoga dirahmati
Allah- lihatlah bagaimana para pendahulu kita yang sholih, mereka mengerahkan
segala usaha dan waktunya dalam rangka mentarbiyah anak-anaknya yang kelak
menjadi penentu baik buruknya masa depan umat. Jangan sampai seorang pun di
antara kita berprasangka mencontoh para pendahulu yang sholih adalah berarti
kembali ke belakang, kembali ke zaman baheula (istilah orang Sunda). Di saat
orang-orang berlomba-lomba meraih gengsi modernisasi, ketahuilah bahwa mencontoh
sebaik-baik umat yang dikeluarkan ke tengah-tengah manusia adalah berarti satu
kemajuan yang pesat, teknologi canggih dalam membangun aqidah yang benar,
memperbaiki moral yang bejat serta membendung semaraknya free children, sehingga
menghantarkan kepada apa yang telah diraih oleh generasi yang mulia yang tiada
tandingannya. Meniti jalannya mereka dalam rangka mentarbiyah / mendidik anak
berarti tengah mempersiapkan konsep perbaikan umat di masa yang akan datang,
dimana tidak akan pernah menjadi baik generasi akhir umat ini kecuali dengan apa
yang menjadikan baik generasi umat pertama.
Allah berfirman,
"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya
terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu, maka apakah kamu tiada memahaminya." (QS
Al Anbiyaa: 10).
Perhatian serius dan tarbiyah yang benar kini sangatlah
dibutuhkan di zaman yang dipenuhi berbagai fitnah, fitnah syahwat dan syubhat
yang terus memburu anak-anak kita dari segala arah dihembuskan oleh da'i-da'i
sesat yang berada di pintu-pintu neraka jahanam. Allah berfirman, "... sedang
orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling
sejauh-jauhnya (dari kebenaran)." (QS An Nisaa: 27).
Benarlah apa yang
dikatakan dalam sebuah syair:
Siapa menggembala kambing di tempat rawan
binatang buas
Kemudian lalai darinya, singa akan merebut
gembalaannya.
Para pembaca -semoga dirahmati Allah- Islam sebagai agama yang
universal tentu tidaklah mengesampingkan tarbiyah anak, bahkan tarbiyah anak
adalah sorotan utama dalam Islam sebab Islam adalah agama tarbiyah. Dengan
posisi tarbiyah anak yang demikian pentingnya, maka Allah subhanahu wa ta'ala
mengabadikan wasiat Luqman, seorang hamba yang sholih, kepada anaknya sebagai
acuan bagi para murobbi / pendidik, begitu pula dengan sosok pribadi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai seorang rosul sekaligus menjadi imam para
murobbi dunia. Perhatian dan kecintaannya terhadap anak-anak sangatlah tinggi,
terlihat saat beliau mengajari Ibnu Abbas di usianya yang muda belia sehingga
tampillah Ibnu Abbas menjadi sosok pemuda yang berilmu, bertaqwa, dan memiliki
keberanian yang luar biasa. Salah satu bentuk kasih sayangnya terhadap anak,
beliau selalu mencium anak-anak bila berjumpa, sebagaimana dalam Shohih Bukhori
dari sahabat Abu Hurairoh, ia berkata, "Rosulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
mencium Hasan ...",
juga diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam Shohihnya dari
sahabat Aisyah radliyallahu 'anha berkata, "Seorang badui datang menemui Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata: Kalian selalu menciumi anak-anak,
sedangkan kami tidak pernah menciuminya." Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam berkata, "Kami menginginkan agar Allah mencabut kasih sayang dari
hatimu.", tidak ada bahan pengajaran yang paling baik dan sempurna kecuali yang
bersumber dari kitab dan sunnah, karena disitulah adanya ilmu yang mencakup
segala bidang, seperti ungkapan Imam Syafi'i:
Ilmu itu adalah ucapan Allah
dan ucapan rosulNya
Sedang selain dari itu adalah bisikan-bisikan
syaithon.
Alangkah baik bila penulis uraikan beberapa langkah dasar dalam
mendidik anak yang disarikan dari Al Kitab dan Sunnah.
Pertama:
mengajarkan tauhid kepada anak, mengesakan Allah dalam hal beribadah kepadaNya,
menjadikannya lebih mencintai Allah daripada selainNya, tidak ada yang
ditakutinya kecuali Allah. Ini pendidikan yang paling urgen di atas hal-hal
penting lainnya.
Kedua: mengajari mereka sholat dan membiasakannya
berjama'ah.
Ketiga: mengajari mereka agar pandai bersyukur kepada Allah,
kepada kedua orangtua, dan kepada orang lain.
Keempat: mendidik mereka
agar taat kepada kedua orangtua dalam hal yang bukan maksiat, setelah ketaatan
kepada Allah dan rosulNya yang mutlak.
Kelima: menumbuhkan pada diri
mereka sikap muroqobah merasa selalu diawasi Allah. Tidak meremehkan kemaksiatan
sekecil apapun dan tidak merendahkan kebaikan walau sedikit.
Keenam:
memberitahu mereka akan wajibnya mengikuti sabilul mukminin al muwahhidin
(jalannya mukminin yang bertauhid), salafush sholih generasi terbaik umat ini,
dan memberikan loyalitas kepada mereka.
Ketujuh: mengarahkan mereka akan
pentingnya ilmu Al Kitab dan Sunnah.
Kedelapan: menanamkan pada jiwa
mereka sikap tawadlu, rendah hati, dan rujulah serta syaja'ah (kejantanan dan
keberanian). Dan masih banyak lagi selain apa yang penulis uraikan di sini.
Semoga Allah menganugerahkan kepada kita anak-anak yang sholih. Amin ya
Mujiibas sailiin. Allah berfirman, "Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang
hati kami dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa." (QS Al
Furqoon: 74).
Para pembaca -semoga dirahmati Allah- begitulah memang
seharusnya pendidikan anak ini menjadi kewajiban nomor satu bagi para orangtua,
menelantarkannya berarti menelantarkan amanat dan kepercayaan Allah,
membiarkannya adalah berarti membiarkan kehancuran anak, orangtuanya, umat,
bangsa, dan negara. Sedangkan mendidiknya adalah cahaya masa depan umat yang
cerah yang berarti juga mengangkat derajat sang anak dan derajat kedua
orangtuanya di surga. Rosulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Akan
diangkat derajat seorang hamba yang sholih di surga. Lalu ia akan
bertanya-tanya: Wahai Rabb apa yang membuatku begini?" Kemudian dikatakan
padanya, "Permohonan ampun anakmu untukmu." (HR Ahmad dari sahabat Abu
Hurairoh).
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, "Dan orang-orang yang
beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami
hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun
dari pahala amal mereka, tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya." (QS Ath Thuur: 21).
Allah-lah yang memberi taufiq kepada
apa yang dicintaiNya dan diridloiNya.\
Walhamdulillahi robbil 'alamin. Wal
Ilmu indallah.
Ditulis oleh Al Ustadz Abu Hamzah Al
Atsari.
Ta'awwun Pembangunan Asrama Putra Ponpes as Sunnah Junrejo Batu
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على رسول لله وعلى آله وصحبه اجمعين. أما بعد Dengan berjalan nya waktu, alhamdulilah jumlah santri semakin bertambah banyak dan dengan ini menuntut kita dari panitia untuk menambah sarana dan prasarana bagi santri terutama Asrama ( untuk tempat tinggal mereka ). Oleh karena itu kami menghimbau segenap kaum muslimin untuk ikut berdo'a dan berta'awun dalam program Pembangunan Asrama Putra Tahap 1 dari 6 Tahap yang direncanakan insyaallah. Adapun kebutuhan anggaran tahap awal untuk pembangunan Tahap 1 Kurang Lebih sebesar Rp. 406.000.000,- Dan juga kami mengajak kaum muslimin untuk berlomba-lomba bershadaqah jariyah dengan mengharap ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bagi yang ingin bershadaqah jariyah dalam bentuk uang bisa ditransfer melalui: Rekening Ta'awun Pembangunan Ponpes As-Sunnah Junrejo Batu BCA: 8160790912MANDIRI: 144-00-1271599-8
a/n A. Ruzano Sjofka
Dan dimohon konfirmasi setelah ada pengiriman ke Abu Abdillah Fauzan :081252258108
Bagi yang ingin bershodaqoh jariyah berupa Uang Tunai atau Material Bangunan serta RAB secara detail bisa langsung menghubungi panitia:
Abu Ammar Lutfi Bajuber 081233240961
Abu Abdillah Fauzan 081252258108
Abu Mush'ab Faishol 081334415668
Atas do'a dan ta'awun antum semua kami ucapkan Jazaakumullahu khairan wa Baarakallahu fiikum
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته Mengetahui :Asatidzah Pembina Ponpes As-sunnah :
▪Al Ustadz Usamah bin Faisol Mahri
▪Al Ustadz Ahmad Khodim
▪Al Ustadz Abdusamad Bawazir
Panitia Pembangunan Ponpes As-sunnah Junrejo Batu